Kerajaan-kerajaan di Nusantara memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan budaya bangsa Indonesia. Dari abad ke-4 hingga abad ke-15, peradaban di wilayah ini mengalami pergeseran besar, dari pengaruh agama Hindu dan Buddha ke Islam. Perbandingan Kerajaan, masing-masing periode menandai perubahan sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang signifikan.
Artikel ini akan mengulas perbandingan antara kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Nusantara, mencakup aspek agama, pemerintahan, budaya, ekonomi, dan warisan sejarah. Pemahaman ini penting untuk pelajaran IPS dan membangun kesadaran sejarah generasi muda Indonesia.
I. Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara
1. Latar Belakang Munculnya
Kerajaan Hindu-Buddha muncul sejak awal abad ke-4 M dengan berdirinya Kerajaan Kutai Martadipura di Kalimantan Timur. Penyebaran agama ini dipengaruhi oleh interaksi dagang dengan India melalui jalur laut.
Kerajaan-kerajaan terkenal:
- Sriwijaya (Buddha) di Sumatra
- Tarumanegara (Hindu) di Jawa Barat
- Mataram Kuno (Hindu-Buddha) di Jawa Tengah
- Majapahit (Hindu) di Jawa Timur
2. Sistem Pemerintahan
Kerajaan Hindu-Buddha umumnya berbentuk monarki absolut. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa (dewaraja) yang memiliki kekuasaan mutlak. Misalnya, raja dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu atau Siwa.
3. Kehidupan Sosial dan Budaya
- Terbentuk sistem kasta: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
- Budaya Hindu-Buddha melahirkan arsitektur candi, kesusastraan (kakawin, kidung), dan seni ukir.
- Bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa digunakan dalam prasasti.
4. Ekonomi
- Ekonomi berbasis agraris dan maritim.
- Sriwijaya terkenal sebagai kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan internasional.
II. Kerajaan Islam di Nusantara
1. Latar Belakang Munculnya
Kerajaan Islam mulai muncul pada abad ke-13 M. Proses Islamisasi terjadi melalui jalur perdagangan, pernikahan, pendidikan, dan dakwah oleh para ulama serta pedagang Muslim dari Arab, Gujarat, dan Persia.
Kerajaan-kerajaan terkenal:
- Samudra Pasai (Aceh)
- Kesultanan Demak (Jawa)
- Kesultanan Banjar (Kalimantan)
- Kerajaan Gowa-Tallo (Sulawesi)
2. Sistem Pemerintahan
Kerajaan Islam menggunakan sistem kesultanan. Sultan memimpin sebagai pemegang kekuasaan religius dan politik. Hukum Islam (syariat) mulai memengaruhi tata pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
3. Kehidupan Sosial dan Budaya
- Tidak mengenal sistem kasta, namun hierarki sosial masih ada (bangsawan, ulama, rakyat).
- Budaya Islam melahirkan masjid, seni kaligrafi Arab, hikayat, dan kesenian Islami.
- Bahasa Arab dan Jawi digunakan untuk penulisan kitab dan naskah.
4. Ekonomi
- Perdagangan semakin berkembang karena posisi Nusantara strategis di jalur dagang.
- Kota pelabuhan seperti Aceh, Demak, dan Makassar menjadi pusat dagang internasional.
III. Perbandingan Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Nusantara
| Aspek | Kerajaan Hindu-Buddha | Kerajaan Islam |
| Waktu Perkembangan | Abad ke-4 – 15 M | Abad ke-13 – 19 M |
| Sumber Pengaruh | India (Hindu dan Buddha) | Arab, Persia, Gujarat (Islam) |
| Bentuk Pemerintahan | Monarki absolut, raja sebagai dewa | Kesultanan, sultan sebagai pemimpin religius dan politik |
| Sistem Sosial | Kasta (Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra) | Hierarki sosial berbasis keislaman (ulama, bangsawan, rakyat) |
| Sistem Hukum | Hukum adat dan agama Hindu-Buddha | Syariat Islam dan adat lokal |
| Kehidupan Budaya | Candi, arca, sastra Hindu-Buddha | Masjid, kaligrafi, hikayat, seni Islam |
| Bahasa & Tulisan | Sanskerta, Pallawa, Kawi | Arab, Jawi, Melayu |
| Pusat Ekonomi | Agraris-maritim (Sriwijaya, Majapahit) | Maritim-perdagangan (Aceh, Demak, Makassar) |
| Penyebaran Agama | Melalui bangsawan dan elite kerajaan | Melalui ulama, pedagang, dan pesantren |
IV. Warisan Sejarah yang Masih Ada
1. Arsitektur
- Hindu-Buddha: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Penataran.
- Islam: Masjid Agung Demak, Masjid Banten, Makam Sunan Giri.
2. Sastra dan Bahasa
- Warisan sastra Jawa Kuno dari masa Hindu-Buddha seperti Kakawin Nagarakertagama.
- Warisan sastra Islam seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai, dan kitab-kitab keislaman dalam bahasa Melayu dan Arab Jawi.
3. Sistem Sosial
- Sistem kasta Hindu telah memudar, namun masih bertahan di Bali.
- Tradisi Islam masih kuat di sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya dalam budaya sehari-hari seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian.
Baca juga: Benteng-Benteng Belanda di Indonesia: Saksi Bisu Kolonialisme yang Masih Berdiri Kokoh
V. Proses Transisi dan Akulturasi Budaya
Peralihan dari kerajaan Hindu-Buddha ke Islam tidak sepenuhnya menghapus budaya lama. Terjadi proses akulturasi budaya, misalnya:
- Bangunan masjid bergaya candi (Masjid Agung Demak).
- Seni wayang dan gamelan yang tetap digunakan dalam dakwah Islam.
- Tradisi upacara yang merupakan kombinasi antara adat Hindu dan Islam.
Akulturasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Nusantara memiliki kemampuan adaptasi dan menerima perubahan tanpa menghilangkan identitas lokal.
Kesimpulan
Perbandingan Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Nusantara memiliki peran penting dalam sejarah peradaban Indonesia. Keduanya memberikan kontribusi besar dalam bidang agama, pemerintahan, budaya, dan ekonomi.
Perbedaan utama terletak pada sistem kepercayaan dan struktur sosial, namun keduanya sama-sama membentuk dasar budaya Indonesia modern. Keberagaman ini adalah kekayaan yang menjadi kekuatan bangsa dalam membangun toleransi dan persatuan.
Memahami perbandingan ini penting untuk mengapresiasi sejarah Indonesia dan menyadari betapa besarnya pengaruh kerajaan-kerajaan masa lalu dalam membentuk jati diri bangsa saat ini.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa perbedaan utama antara kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan Islam?
Kerajaan Hindu-Buddha menganut sistem kasta dan raja dianggap sebagai dewa, sedangkan kerajaan Islam dipimpin oleh sultan dan tidak mengenal sistem kasta.
2. Mengapa kerajaan Islam muncul setelah kerajaan Hindu-Buddha?
Karena Islam masuk ke Nusantara melalui perdagangan internasional dan mulai berkembang pesat pada abad ke-13 seiring melemahnya kerajaan Hindu-Buddha.
3. Apakah semua kerajaan Hindu-Buddha berubah menjadi kerajaan Islam?
Tidak semua. Beberapa kerajaan seperti Majapahit runtuh dan digantikan kerajaan Islam seperti Demak. Namun, di Bali, Hindu tetap bertahan dan berkembang hingga saat ini.
4. Apa contoh akulturasi budaya Hindu-Buddha dan Islam?
Contohnya adalah bentuk masjid yang menyerupai candi, seni wayang yang digunakan untuk dakwah Islam, serta tradisi adat yang menggabungkan unsur agama dan budaya lokal.
5. Mengapa kerajaan-kerajaan ini penting dipelajari di sekolah?
Agar siswa memahami sejarah bangsa, menghargai warisan budaya, dan membangun semangat persatuan dalam keragaman.
Referensi
- Buku IPS SMP/MTs Kelas VIII – Kemendikbud
- Ricklefs, M.C. – Sejarah Indonesia Modern 1200–2008
- George Coedès – The Indianized States of Southeast Asia
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- https://perpustakaan.kemendikbud.go.id
Artikel ini dapat digunakan sebagai materi ajar, referensi pembelajaran IPS, atau sebagai wawasan umum tentang perkembangan kerajaan di Nusantara.
