Pulau Jawa, sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan sejak zaman kuno, menyimpan warisan budaya dari berbagai kerajaan besar yang pernah berdiri di atasnya. Mulai dari kerajaan Hindu-Buddha seperti Mataram Kuno, Kediri, Singasari, Majapahit, hingga kerajaan Islam seperti Demak, Mataram Islam, Cirebon, dan Banten. Meski kerajaan-kerajaan ini telah runtuh, peninggalan budaya mereka tetap hidup dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat modern.
Warisan budaya kerajaan tidak hanya berupa benda seperti candi, keraton, dan prasasti, tetapi juga nilai-nilai, tradisi, bahasa, hingga sistem sosial yang masih membentuk identitas budaya Jawa hingga saat ini. Artikel ini mengulas bagaimana warisan budaya dari masa kerajaan di Pulau Jawa tetap relevan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern masyarakat Indonesia.
1. Arsitektur dan Tata Kota
● Peninggalan Candi dan Keraton
Candi seperti Borobudur dan Prambanan adalah bukti kejayaan arsitektur kerajaan Hindu-Buddha. Saat ini, selain menjadi objek wisata, keduanya juga menjadi pusat kegiatan budaya dan keagamaan. Di sisi lain, keraton Yogyakarta dan Surakarta merupakan warisan arsitektur kerajaan Islam yang masih aktif digunakan dalam upacara adat dan pendidikan budaya.
● Pengaruh pada Tata Kota
Beberapa kota di Jawa memiliki tata ruang yang dipengaruhi konsep kerajaan, seperti pembagian ruang dalam keraton (alun-alun, pendopo, masjid agung, pasar). Konsep ini masih digunakan dalam penataan ruang kota modern seperti Yogyakarta dan Surakarta.
2. Sistem Sosial dan Tradisi
● Struktur Sosial
Meskipun feodalisme kerajaan sudah tidak berlaku secara formal, beberapa struktur sosialnya masih membekas. Misalnya, penggunaan gelar seperti “Raden” atau “Gusti” masih ditemui dalam masyarakat Jawa dan memiliki pengaruh sosial tersendiri.
● Tradisi Upacara
Tradisi seperti Grebeg, Sekaten, dan Labuhan merupakan warisan langsung dari zaman kerajaan Islam seperti Mataram. Upacara ini masih dijalankan oleh keraton dan didukung oleh pemerintah daerah sebagai warisan budaya takbenda.
3. Bahasa dan Sastra
● Bahasa Krama dan Ngoko
Sistem tingkat tutur dalam bahasa Jawa (ngoko, madya, krama) mencerminkan sistem sosial kerajaan yang hierarkis. Penggunaan bahasa krama dalam percakapan formal masih dipertahankan dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari, terutama di Yogyakarta dan Surakarta.
● Sastra Klasik dan Modern
Karya sastra kerajaan seperti Serat Ramayana Jawa, Serat Centhini, dan Babad Tanah Jawi menjadi referensi penting dalam pengembangan sastra modern dan pelestarian nilai-nilai budaya.
4. Seni dan Pertunjukan
● Wayang dan Gamelan
Wayang kulit dan gamelan merupakan bentuk seni pertunjukan yang berasal dari masa kerajaan. Saat ini, keduanya masih diajarkan di sekolah-sekolah seni dan menjadi bagian dari pertunjukan budaya dalam dan luar negeri.
● Tari Tradisional
Tari Bedhaya dan Srimpi adalah warisan seni tari keraton yang dilestarikan dan diajarkan di sanggar-sanggar. Tarian ini juga sering ditampilkan dalam acara kenegaraan maupun festival budaya.
5. Nilai dan Falsafah Hidup
● Falsafah Kejawen
Ajaran-ajaran moral dan spiritual dari masa kerajaan masih mempengaruhi nilai-nilai kehidupan masyarakat Jawa. Konsep seperti “Sangkan Paraning Dumadi” (asal dan tujuan hidup) dan “Hamemayu Hayuning Bawana” (memelihara harmoni dunia) masih menjadi pedoman dalam kehidupan modern.
● Etika Sosial
Nilai-nilai seperti tepo seliro (tenggang rasa), andhap asor (rendah hati), dan nrimo ing pandum (menerima takdir) merupakan warisan etika sosial kerajaan yang tetap dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.
6. Pendidikan dan Keagamaan
● Pesantren dan Pendidikan Islam
Pesantren sebagai institusi pendidikan yang berkembang pada masa kerajaan Islam seperti Demak dan Mataram masih eksis hingga kini. Perannya bahkan semakin besar dalam pengembangan pendidikan karakter dan keagamaan.
● Pelajaran Sejarah dan Budaya
Peninggalan kerajaan menjadi bagian penting dalam kurikulum pendidikan nasional. Sejarah kerajaan seperti Majapahit, Demak, dan Mataram diajarkan di sekolah sebagai bagian dari pembentukan identitas nasional.
7. Ekonomi dan Pariwisata
● Wisata Budaya dan Religi
Warisan budaya kerajaan menjadi daya tarik pariwisata yang menggerakkan ekonomi lokal. Candi, keraton, dan situs-situs sejarah dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara.
Contoh:
- Borobudur dan Prambanan menjadi pusat wisata budaya dan religi.
- Keraton Yogyakarta menjadi objek wisata edukatif.
- Masjid Agung Demak menjadi tujuan wisata religi.
● Produk Budaya
Batik, keris, ukiran, dan kuliner tradisional yang berasal dari masa kerajaan kini menjadi komoditas ekonomi kreatif yang digemari pasar internasional.
8. Hukum dan Pemerintahan
● Warisan Tata Pemerintahan
Beberapa sistem administrasi dan pemerintahan lokal mengambil inspirasi dari struktur kerajaan, seperti pembagian wilayah dalam sistem kadipaten di Yogyakarta. Bahkan hingga kini, Yogyakarta mempertahankan sistem pemerintahan istimewa dengan Sultan sebagai gubernur.
Kesimpulan
Warisan budaya kerajaan di Pulau Jawa tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi telah menyatu dalam denyut nadi kehidupan modern masyarakat. Mulai dari arsitektur, tata kota, seni, sastra, hingga sistem nilai dan sosial, semuanya membentuk identitas budaya Jawa yang kuat dan berkarakter.
Pelestarian warisan ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga masyarakat dan generasi muda yang harus bangga dan ikut melestarikan nilai-nilai luhur warisan kerajaan. Dengan demikian, warisan budaya tidak hanya dikenang, tetapi menjadi sumber inspirasi dan kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih beradab dan berbudaya.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa contoh warisan budaya kerajaan di Pulau Jawa yang masih bertahan?
Contohnya adalah Candi Borobudur, Prambanan, Keraton Yogyakarta, tradisi Sekaten, wayang kulit, gamelan, dan batik.
2. Apakah warisan budaya kerajaan masih relevan dengan kehidupan modern?
Sangat relevan. Banyak nilai budaya, seni, hingga sistem sosial dan pendidikan berasal dari masa kerajaan dan masih dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengapa penting melestarikan warisan budaya kerajaan?
Karena warisan budaya adalah identitas bangsa. Melestarikannya berarti menjaga jati diri dan memperkuat karakter masyarakat Indonesia.
4. Apakah kerajaan-kerajaan di Jawa masih berfungsi hingga kini?
Secara politik tidak, tetapi secara budaya dan simbolik seperti di Yogyakarta dan Surakarta, keraton masih aktif menjalankan fungsi budaya dan adat.
5. Bagaimana cara generasi muda bisa melestarikan warisan budaya?
Dengan mempelajari sejarah, mengikuti kegiatan budaya, mencintai produk lokal, serta menggunakan teknologi untuk mempromosikan budaya ke dunia internasional.
Referensi
- Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
- Badan Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbdiy
- Balai Pelestarian Cagar Budaya: https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id
- Pusat Data dan Statistik Kebudayaan: https://statistikbudaya.kemdikbud.go.id
- Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt