Kerajaan Demak merupakan tonggak penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, Demak memainkan peran utama dalam menyebarkan agama Islam, menggantikan kekuasaan Hindu-Buddha yang telah mendominasi selama berabad-abad. Berpusat di pesisir utara Jawa Tengah, Demak tidak hanya kuat secara militer, tetapi juga berpengaruh secara spiritual dan politik dalam membentuk identitas Islam Nusantara.
Dalam artikel ini, kita akan membahas asal usul Kerajaan Demak, tokoh-tokoh pentingnya, peran strategisnya dalam penyebaran Islam, serta warisan sejarah yang masih bertahan hingga kini.
Latar Belakang dan Berdirinya Kerajaan Demak
Kerajaan Demak berdiri pada awal abad ke-16 M, sekitar tahun 1475 M, di bawah kepemimpinan Raden Patah. Ia diyakini sebagai keturunan dari keluarga Majapahit yang memeluk Islam dan kemudian menjadi pemimpin Muslim pertama di Jawa yang membentuk kerajaan Islam independen.
Setelah kemunduran Kerajaan Majapahit, kekuasaan politik di Pulau Jawa mulai terfragmentasi. Raden Patah, yang sebelumnya mendirikan pesantren dan pusat dakwah di wilayah Bintoro (Demak), memanfaatkan kekosongan kekuasaan ini untuk membentuk kerajaan berbasis Islam yang kemudian berkembang menjadi kekuatan baru di Jawa.
Demak secara geografis sangat strategis karena terletak di jalur perdagangan pesisir utara Jawa yang ramai. Hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi dan penyebaran Islam yang pesat melalui jaringan dagang dan dakwah.
Pusat Pemerintahan dan Struktur Kekuasaan
Pusat Kerajaan Demak berada di Bintoro, wilayah yang kini masuk dalam Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Pusat kota kerajaan dikelilingi oleh pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara dan Tuban, yang mendukung hubungan perdagangan internasional, terutama dengan pedagang dari Gujarat, Arab, dan Tiongkok Muslim.
Struktur pemerintahan Demak mengadopsi sistem kerajaan tradisional yang dikombinasikan dengan nilai-nilai Islam. Para Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus, berperan sebagai penasihat spiritual dan pendukung dakwah kerajaan.
Raja-Raja Besar Kerajaan Demak
- Raden Patah (1475–1518 M)
Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Demak. Ia dikenal sebagai raja yang toleran dan mendukung dakwah Islam yang damai. Di bawah kepemimpinannya, Demak memperkuat posisinya sebagai pusat penyebaran Islam. - Pati Unus (1518–1521 M)
Putra Raden Patah, juga dikenal sebagai “Pangeran Sabrang Lor” karena upayanya menyerang Portugis di Malaka. Meskipun ekspedisinya gagal, ia dihormati sebagai pahlawan Islam. - Sultan Trenggana (1521–1546 M)
Raja paling berpengaruh dari Demak. Di bawah kepemimpinannya, wilayah kekuasaan Demak meluas ke sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia berhasil menaklukkan Kediri, Madiun, dan Surabaya.
Peran Strategis dalam Penyebaran Islam
Kerajaan Demak bukan hanya kekuatan militer, tetapi juga pusat dakwah dan pendidikan Islam. Beberapa faktor penting yang mendukung peran strategisnya:
- Peran Wali Songo: Para wali, seperti Sunan Ampel, Sunan Bonang, dan Sunan Gunung Jati, mendirikan pesantren dan masjid sebagai pusat pembelajaran agama.
- Pendidikan Islam: Demak mendorong berdirinya lembaga pendidikan Islam berbasis pesantren yang menyebar ke seluruh penjuru Jawa.
- Arsitektur dan Seni: Masjid Agung Demak, dengan atap tumpang tiga dan saka guru kayu jati, mencerminkan akulturasi budaya Islam dan Jawa.
Masjid Agung Demak: Simbol Peradaban Islam
Salah satu warisan terbesar Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak, yang hingga kini menjadi ikon arsitektur Islam di Indonesia. Dibangun sekitar tahun 1479 M oleh Wali Songo dan Raden Patah, masjid ini digunakan sebagai pusat pemerintahan, dakwah, dan pendidikan.
Masjid ini memiliki empat saka guru (tiang utama) yang konon dibuat oleh Sunan Kalijaga. Desain masjid yang memadukan arsitektur lokal dan nuansa Islam menjadi simbol akulturasi budaya yang damai dan harmonis.
Kehancuran dan Warisan Kerajaan Demak
Setelah Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546 M, Kerajaan Demak mengalami konflik internal yang dipicu oleh perebutan takhta. Pertentangan antara Arya Penangsang dan Pangeran Hadiri (menantu Trenggana) menyebabkan kerusuhan dan lemahnya stabilitas kerajaan.
Akhirnya, kekuasaan politik Demak berpindah ke Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir (Hadiwijaya), seorang menantu Trenggana, sekitar tahun 1568 M. Meskipun secara politik Demak runtuh, warisan spiritual dan budayanya tetap hidup dan diteruskan oleh kerajaan-kerajaan Islam selanjutnya seperti Pajang dan Mataram.
Baca juga: Bahasa Belanda dalam Kosakata Indonesia: Jejak Kolonial yang Masih Digunakan
Pengaruh Budaya dan Identitas Islam Jawa
Warisan Kerajaan Demak sangat terasa dalam kehidupan masyarakat Jawa hingga hari ini. Pengaruhnya tidak hanya terbatas pada agama, tetapi juga budaya, arsitektur, seni, dan tradisi masyarakat pesisir utara Jawa.
Beberapa warisan budaya Demak antara lain:
- Tradisi Sekaten: Upacara tahunan yang dimulai sejak masa Demak untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
- Kesenian Gamelan Sekaten: Digunakan sebagai media dakwah yang bersifat kultural.
- Sistem pesantren dan dakwah lokal yang berbasis akhlak dan kearifan lokal.
Kesimpulan
Kerajaan Demak merupakan fondasi awal kekuatan Islam di Jawa dan Indonesia. Sebagai kerajaan Islam pertama, Demak membuktikan bahwa Islam dapat tumbuh dan berkembang dalam harmoni dengan budaya lokal. Di tengah gejolak politik pasca-Majapahit, Demak tampil sebagai mercusuar Islam yang menyatukan kekuatan spiritual dan militer untuk membentuk identitas baru Nusantara yang Islami dan inklusif.
Dengan warisan yang masih bisa disaksikan hingga kini—seperti Masjid Agung Demak, tradisi dakwah, dan pesantren—Demak tetap dikenang sebagai pelopor peradaban Islam di Jawa.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Siapa pendiri Kerajaan Demak?
Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah, keturunan raja Majapahit yang memeluk Islam dan mendirikan kerajaan di wilayah pesisir utara Jawa Tengah.
2. Apa peran Wali Songo dalam Kerajaan Demak?
Wali Songo berperan sebagai penasihat spiritual, pendidik, dan tokoh dakwah yang membangun fondasi keislaman di Demak melalui pesantren dan masjid.
3. Siapa raja terbesar Kerajaan Demak?
Raja terbesar adalah Sultan Trenggana, yang memperluas wilayah kekuasaan Demak dan menyebarkan Islam ke berbagai daerah di Jawa.
4. Mengapa Kerajaan Demak runtuh?
Kerajaan Demak runtuh karena konflik internal setelah kematian Sultan Trenggana. Perebutan takhta menyebabkan lemahnya stabilitas hingga kekuasaan berpindah ke Pajang.
5. Apa peninggalan penting Kerajaan Demak yang masih ada?
Peninggalan penting adalah Masjid Agung Demak, simbol kekuatan spiritual dan kebudayaan Islam pertama di Jawa.
Referensi
- Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1984). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
- https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id
- https://demakkab.go.id
- https://perpusnas.go.id