Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di tanah Jawa, tepatnya di wilayah Jawa Timur. Di bawah kepemimpinan Raja Kertanegara, kerajaan ini tidak hanya mengalami kemajuan pesat dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan, tetapi juga memperluas pengaruhnya hingga ke luar Pulau Jawa. Salah satu kebijakan luar negeri paling monumental dari Kertanegara adalah Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275 M.
Ekspedisi ini bukan sekadar misi militer, melainkan bagian dari strategi diplomasi dan ekspansi wilayah yang dirancang untuk membendung ancaman dari kekuatan asing, khususnya dari kekaisaran Mongol di bawah Kubilai Khan, serta memperkuat hegemoni Singasari di Nusantara. Artikel ini akan membahas secara komprehensif latar belakang, tujuan, pelaksanaan, serta dampak jangka panjang dari Ekspedisi Pamalayu dalam konteks geopolitik regional.
Latar Belakang Ekspedisi Pamalayu
Pada abad ke-13, situasi geopolitik Asia Tenggara mengalami dinamika yang kompleks. Dinasti Yuan di Tiongkok, yang dipimpin oleh Kubilai Khan dari bangsa Mongol, sedang melakukan ekspansi besar-besaran ke wilayah Asia, termasuk Asia Tenggara. Beberapa kerajaan seperti Champa, Dai Viet (Vietnam), dan Burma (Myanmar) menjadi sasaran ekspedisi Mongol.
Raja Kertanegara melihat ancaman besar jika kekuasaan Mongol mencapai Nusantara. Untuk itu, ia menyusun strategi luar negeri yang proaktif, bukan defensif. Salah satu langkah penting dalam strategi ini adalah menjalin aliansi dengan kerajaan-kerajaan di luar Jawa, terutama di wilayah Sumatra yang memiliki posisi strategis dalam perdagangan dan pelayaran internasional.
Kerajaan Melayu di Sumatra (diperkirakan berpusat di Jambi), yang kala itu masih berada dalam bayang-bayang pengaruh Sriwijaya dan mulai bangkit kembali, menjadi salah satu target utama diplomasi dan dominasi politik Singasari. Maka dikirimlah Ekspedisi Pamalayu.
Tujuan Ekspedisi Pamalayu
Ekspedisi Pamalayu memiliki sejumlah tujuan strategis, antara lain:
1. Menjalin Aliansi Strategis
Kertanegara ingin menjalin hubungan persahabatan dan kerja sama politik dengan kerajaan Melayu. Aliansi ini akan memperkuat posisi Singasari dalam menghadapi kemungkinan serangan dari luar, terutama dari Mongol.
2. Memperluas Pengaruh Singasari di Sumatra
Selain diplomasi, ekspedisi ini juga bertujuan untuk memperluas wilayah kekuasaan Singasari. Kerajaan Melayu yang memiliki posisi penting dalam jalur perdagangan maritim menjadi target ideal untuk memperkuat dominasi Singasari di wilayah barat Nusantara.
3. Menahan Pengaruh Mongol
Dengan menguasai atau mengikat kerajaan-kerajaan kunci di Sumatra, Kertanegara berharap dapat menghalangi atau memperlambat laju ekspansi Mongol ke wilayah Nusantara.
4. Meningkatkan Akses Perdagangan
Penguasaan atas wilayah strategis seperti Selat Malaka akan memperkuat posisi dagang Singasari, karena jalur tersebut merupakan jalur perdagangan internasional utama antara India, Timur Tengah, dan Tiongkok.
Pelaksanaan Ekspedisi
Ekspedisi Pamalayu dimulai pada tahun 1275 dan dipimpin oleh dua tokoh penting: Mahisa Anabrang dan Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bukan hanya terdiri dari pasukan militer, tetapi juga mengikutsertakan pejabat kerajaan, pendeta, dan utusan diplomatik. Hal ini menunjukkan bahwa misi ini tidak semata-mata bertujuan untuk penaklukan, tetapi juga untuk membangun hubungan politik dan kebudayaan.
Rombongan ekspedisi berlayar dari Jawa Timur menuju pesisir timur Sumatra dan tiba di wilayah Melayu. Di sana, mereka disambut oleh penguasa setempat dan berhasil menjalin kerja sama. Dalam prosesnya, terjadi integrasi politik antara kerajaan Melayu dan Singasari, di mana pihak Melayu mengakui kekuasaan simbolik Singasari atas wilayahnya.
Salah satu hasil nyata dari ekspedisi ini adalah pengiriman arca Amoghapasa dari Jawa ke Sumatra. Arca ini merupakan simbol agama dan politik yang menggambarkan Kertanegara sebagai pelindung dan pemimpin yang memiliki kekuatan spiritual. Arca tersebut ditemukan di daerah Padang Roco (Sumatra Barat) dan kini menjadi salah satu bukti kuat hubungan antara Singasari dan Melayu.
Hasil dan Dampak Ekspedisi Pamalayu
1. Dominasi Singasari di Sumatra
Ekspedisi ini berhasil membawa Kerajaan Melayu ke dalam pengaruh politik Singasari. Hal ini memperluas wilayah pengaruh kerajaan dan memberikan akses langsung ke jalur perdagangan penting di Selat Malaka.
2. Simbol Integrasi Budaya dan Politik
Pengiriman arca dan masuknya nilai-nilai agama Buddha dari Jawa ke Sumatra menunjukkan integrasi budaya yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa ekspedisi bukan hanya soal kekuasaan, tetapi juga tentang penyebaran kebudayaan.
3. Fondasi Bagi Majapahit
Setelah Singasari runtuh akibat serangan Jayakatwang dan invasi Mongol, ekspedisi Pamalayu menjadi warisan penting bagi kerajaan penerusnya, yaitu Majapahit. Tokoh-tokoh dari ekspedisi ini, seperti Dara Petak dan Dara Jingga, memiliki peran penting dalam membangun fondasi kekuasaan Majapahit di bawah Raden Wijaya.
4. Strategi Melawan Mongol
Walaupun Kertanegara kemudian dibunuh sebelum kedatangan pasukan Mongol, ekspedisi ini berhasil memperkuat posisi Singasari secara regional dan mempersiapkan sekutu-sekutu potensial untuk menghadapi ancaman eksternal.
Baca juga: Akhir Penjajahan Belanda: Proklamasi Kemerdekaan dan Agresi Militer Belanda
Tokoh-Tokoh Terkait Ekspedisi Pamalayu
1. Kertanegara
Sebagai raja terakhir Singasari, Kertanegara adalah arsitek utama ekspedisi ini. Ia dikenal sebagai pemimpin visioner yang memahami pentingnya strategi luar negeri dan kekuatan maritim.
2. Mahisa Anabrang
Pemimpin militer yang memimpin ekspedisi ke wilayah Melayu. Ia bertanggung jawab atas kelangsungan misi politik dan diplomatik di Sumatra.
3. Dara Petak dan Dara Jingga
Putri-putri dari kerajaan Melayu yang ikut serta dalam ekspedisi kembali ke Jawa. Dara Petak kemudian menjadi istri Raden Wijaya dan melahirkan Jayanegara, raja kedua Majapahit.
Ekspedisi Pamalayu dan Warisan Nusantara
Ekspedisi ini tidak hanya menunjukkan kemampuan ekspansi militer Singasari, tetapi juga kematangan diplomasi dan strategi politik. Dalam sejarah Indonesia, Ekspedisi Pamalayu menandai awal dari konsep Nusantara sebagai satu kesatuan politik dan budaya, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Majapahit.
Singasari telah meletakkan dasar pemikiran tentang persatuan antarwilayah melalui aliansi, kerja sama, dan integrasi budaya. Strategi ini terbukti efektif dalam menghadapi kekuatan besar seperti Mongol, serta memperkuat identitas kolektif di antara kerajaan-kerajaan di kepulauan Indonesia.
Kesimpulan
Ekspedisi Pamalayu adalah cerminan dari kejayaan Kerajaan Singasari dalam bidang diplomasi, politik, dan ekspansi wilayah. Melalui ekspedisi ini, Kertanegara menunjukkan bahwa kekuatan sebuah kerajaan tidak hanya diukur dari kemampuan militernya, tetapi juga dari kecerdasannya dalam menjalin aliansi, memanfaatkan diplomasi, dan membangun jaringan kekuasaan lintas wilayah.
Dengan keberhasilan ekspedisi ini, Singasari memperluas pengaruhnya di Sumatra dan membuka jalan bagi integrasi politik Nusantara. Meskipun Kertanegara tidak sempat melihat hasil akhirnya karena wafat dalam serangan Jayakatwang, warisan strateginya tetap hidup dan menjadi landasan bagi kejayaan Majapahit.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa itu Ekspedisi Pamalayu?
Ekspedisi Pamalayu adalah misi militer dan diplomatik yang dikirim oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari ke wilayah Melayu di Sumatra pada tahun 1275.
2. Mengapa Ekspedisi Pamalayu dilakukan?
Ekspedisi ini dilakukan untuk menjalin aliansi dengan Kerajaan Melayu, memperluas pengaruh Singasari, dan menghadapi ancaman dari Kekaisaran Mongol.
3. Siapa tokoh penting dalam ekspedisi ini?
Tokoh utama dalam ekspedisi ini adalah Mahisa Anabrang (pemimpin ekspedisi) dan Raja Kertanegara sebagai perancang strategi.
4. Apa hasil dari Ekspedisi Pamalayu?
Singasari berhasil mengikat kerajaan Melayu dalam aliansi politik dan memperluas pengaruhnya di wilayah barat Nusantara. Ekspedisi ini juga memperkuat posisi budaya dan agama Buddha di Sumatra.
5. Bagaimana hubungan Ekspedisi Pamalayu dengan Kerajaan Majapahit?
Beberapa tokoh dan hasil dari ekspedisi ini, termasuk pernikahan antara Dara Petak dan Raden Wijaya, menjadi fondasi penting bagi berdirinya dan berkembangnya Majapahit.
Referensi
- Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius, 1988.
- Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit. Yogyakarta: LKiS, 2005.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
- Situs Cagar Budaya Nasional: https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id
- Direktorat Jenderal Kebudayaan – Kemdikbud: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id