Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa tidak hanya dikenal sebagai pusat politik dan dakwah, tetapi juga sebagai tempat berkumpulnya para ulama besar yang berperan penting dalam penyebaran Islam. Di antara para ulama tersebut, nama Sunan Kudus menempati posisi penting. Ia dikenal tidak hanya sebagai tokoh penyebar agama Islam, tetapi juga sebagai penasehat politik, ahli hukum Islam, dan pemimpin keagamaan yang berpengaruh dalam pemerintahan Kesultanan Demak. Bagaiamana Peranan Sunan Kudus dan Peranannya dalam Pemerintahan Kesultanan Demak?
Sunan Kudus merupakan salah satu dari Wali Songo, sembilan tokoh ulama yang dikenal luas sebagai penyebar Islam di Jawa. Peran Sunan Kudus dalam bidang keagamaan dan pemerintahan menjadikannya figur penting dalam sejarah Islam di Indonesia.
Latar Belakang Sunan Kudus
Sunan Kudus memiliki nama asli Ja’far Shadiq. Ia diyakini sebagai putra dari Sunan Ngudung dan cucu dari Maulana Malik Ibrahim, dua tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa. Berdasarkan beberapa catatan sejarah, Sunan Kudus lahir pada akhir abad ke-15 dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren dan dakwah Islam.
Ia memiliki wawasan luas tentang ilmu agama, terutama fiqih dan tasawuf. Ia juga menguasai strategi dakwah yang memadukan ajaran Islam dengan pendekatan budaya lokal, membuatnya disegani oleh masyarakat Jawa dan oleh para penguasa Demak.
Kesultanan Demak: Latar Politik dan Agama
Kesultanan Demak berdiri sekitar tahun 1475 M dan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggana. Sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, Demak memiliki misi ganda: memperluas wilayah kekuasaan sekaligus menyebarkan Islam secara lebih luas.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, para sultan Demak sangat bergantung pada dukungan para ulama, khususnya Wali Songo. Para wali tidak hanya menjadi guru agama, tetapi juga penasehat politik yang memengaruhi kebijakan kerajaan. Di sinilah peran Sunan Kudus menjadi sangat menonjol.
Peran Sunan Kudus dalam Pemerintahan Kesultanan Demak
1. Penasehat Sultan dan Ahli Hukum Islam
Sunan Kudus dikenal sebagai ulama fiqih yang sangat ahli. Ia dipercaya oleh Sultan Trenggana sebagai qadhi (hakim agung) di Kesultanan Demak. Dalam posisi ini, Sunan Kudus bertugas memberikan fatwa dan nasihat hukum berdasarkan syariat Islam.
Keputusan-keputusan penting kerajaan yang menyangkut hukum agama selalu melibatkan Sunan Kudus. Ia berperan dalam menyusun aturan hukum Islam untuk masyarakat Demak, termasuk penerapan prinsip keadilan, zakat, wakaf, dan distribusi kekayaan umat.
2. Diplomat dan Perantara Politik
Selain sebagai ahli agama, Sunan Kudus juga memainkan peran diplomatik dalam menjalin hubungan antara Kesultanan Demak dengan kerajaan-kerajaan lain. Ia dikenal sebagai tokoh yang bijak dan mampu menjadi penengah konflik, baik di dalam maupun di luar istana.
Kebijaksanaan Sunan Kudus sebagai penasehat menjadikan Demak mampu menjaga stabilitas politik internal meskipun diwarnai persaingan kekuasaan antar pewaris tahta setelah wafatnya Sultan Trenggana.
3. Komandan Militer dalam Ekspedisi Jihad
Salah satu peran penting lainnya adalah keterlibatannya dalam ekspedisi militer ke wilayah timur Jawa, terutama ke daerah Blambangan yang masih menganut Hindu. Sunan Kudus dipercaya memimpin ekspedisi ini karena dianggap sebagai pemimpin spiritual dan militer yang kompeten.
Walaupun dikenal sebagai ulama, Sunan Kudus juga memiliki kemampuan strategi militer. Ia tidak hanya berperan dalam perencanaan tetapi juga turun langsung dalam beberapa ekspedisi.
Sunan Kudus dan Dakwah Kultural
Salah satu keunggulan Sunan Kudus dibanding tokoh lainnya adalah pendekatan dakwah yang sangat menghormati budaya lokal. Ia memahami bahwa masyarakat Jawa tidak dapat langsung menerima Islam secara dogmatis, sehingga ia menggunakan pendekatan budaya untuk menyampaikan nilai-nilai Islam.
a. Simbolisme dan Toleransi
Sunan Kudus dikenal sangat toleran terhadap kebudayaan lokal. Salah satu contoh terkenal adalah Masjid Menara Kudus yang didirikannya. Arsitektur masjid ini mengadopsi bentuk candi Hindu-Buddha, lengkap dengan menara seperti bangunan Majapahit. Hal ini menunjukkan cara Sunan Kudus menanamkan Islam tanpa harus memusnahkan budaya sebelumnya.
Ia juga melarang penyembelihan sapi di Kudus sebagai bentuk penghormatan terhadap umat Hindu yang menganggap sapi suci. Larangan ini menjadi simbol toleransi Islam yang diajarkan Sunan Kudus.
b. Dakwah Melalui Sastra dan Bahasa
Sunan Kudus juga menggunakan media sastra dan bahasa dalam dakwahnya. Ia menulis berbagai karya keagamaan dalam bahasa Jawa menggunakan aksara Arab (pegon) agar lebih mudah dipahami masyarakat.
Ia juga menyisipkan pesan moral dan nilai-nilai Islam dalam seni pertunjukan seperti wayang dan tembang Jawa, sehingga dakwahnya tidak terasa memaksa.
Pendidikan Islam dan Pengaruh Keilmuan
Sunan Kudus dan Peranannya dalam Pemerintahan Kesultanan Demak. Sunan Kudus mendirikan pesantren yang menjadi pusat pendidikan Islam di wilayah pesisir utara Jawa. Pesantren ini menjadi tempat belajar bagi para santri dari berbagai daerah yang kemudian menjadi penyebar Islam ke wilayah masing-masing.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Sunan Kudus dikenal sebagai perumus ilmu tauhid dan fiqih yang kontekstual. Ia mengajarkan prinsip-prinsip Islam yang tidak kaku, namun tetap teguh pada akidah. Karena kedalaman ilmunya, ia mendapat julukan Waliyul Ilmi (Wali yang berilmu).
Warisan Sunan Kudus
Warisan terbesar Sunan Kudus adalah Masjid Menara Kudus, yang hingga kini masih berdiri megah dan menjadi simbol Islam Jawa yang toleran dan moderat. Selain itu, ajaran dan nilai-nilai dakwahnya diwariskan melalui jalur pendidikan, karya sastra, dan nilai-nilai sosial masyarakat Kudus yang terkenal religius.
Pengaruhnya tidak hanya terasa di Kudus, tetapi juga di seluruh Nusantara. Gaya dakwah Sunan Kudus menjadi model Islam Nusantara yang damai, menghargai keberagaman, dan berpihak pada masyarakat.
Baca juga: Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Penjajahan Belanda: Dari Diponegoro hingga Pattimura
Penutup
Sunan Kudus dan Peranannya dalam Pemerintahan Kesultanan Demak. Sunan Kudus adalah figur sentral dalam sejarah Kesultanan Demak, baik sebagai ulama, penasehat politik, diplomat, hingga panglima perang. Pendekatannya dalam menyebarkan Islam yang mengedepankan toleransi, budaya lokal, dan pendidikan menjadikan Islam diterima dengan baik di Jawa.
Perannya dalam pemerintahan Kesultanan Demak menunjukkan bahwa ulama tidak hanya berkiprah di bidang agama, tetapi juga aktif dalam membangun peradaban, keadilan, dan pemerintahan yang berpihak pada rakyat.
Melalui peninggalannya seperti Masjid Menara Kudus dan ajaran-ajarannya, Sunan Kudus telah meninggalkan jejak besar dalam sejarah Islam di Indonesia. Ia adalah contoh nyata bahwa dakwah dapat dilakukan dengan damai dan tetap berakar pada tradisi masyarakat.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Siapakah nama asli Sunan Kudus?
Nama asli Sunan Kudus adalah Ja’far Shadiq, putra dari Sunan Ngudung.
2. Apa peran Sunan Kudus dalam Kesultanan Demak?
Ia adalah penasehat Sultan Trenggana, ahli hukum Islam (qadhi), pemimpin militer, serta tokoh dakwah penting di Kesultanan Demak.
3. Mengapa Masjid Menara Kudus memiliki arsitektur seperti candi?
Karena Sunan Kudus menggunakan pendekatan budaya lokal dalam dakwahnya. Ia membangun masjid dengan gaya arsitektur Hindu-Buddha agar masyarakat tidak merasa asing terhadap Islam.
4. Apa ajaran toleransi Sunan Kudus yang terkenal?
Salah satunya adalah larangan menyembelih sapi di Kudus sebagai bentuk penghormatan terhadap umat Hindu.
5. Di mana letak Masjid Menara Kudus?
Masjid Menara Kudus terletak di Kota Kudus, Jawa Tengah, dan menjadi salah satu situs bersejarah penting dalam Islam di Indonesia.
Referensi
- Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi.
- Azra, A. (2002). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara. Jakarta: Kencana.
- Slamet Muljana. (2005). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKiS.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
- https://kuduskab.go.id/
- https://repositori.kemdikbud.go.id/
- https://islamindonesia.id/
- https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/