Home » Sejarah » Peran Gus Dur dalam Memperjuangkan Pluralisme dan Toleransi di Indonesia
Posted in

Peran Gus Dur dalam Memperjuangkan Pluralisme dan Toleransi di Indonesia

Peran Gus Dur dalam Memperjuangkan Pluralisme dan Toleransi di Indonesia (ft.istimewa)
Peran Gus Dur dalam Memperjuangkan Pluralisme dan Toleransi di Indonesia (ft.istimewa)
sekolahGHAMA

Abdurrahman Wahid, atau akrab disapa Gus Dur, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah modern Indonesia. Sebagai Presiden keempat RI, pemimpin Nahdlatul Ulama (NU), dan intelektual Muslim, Gus Dur dikenal luas karena dedikasinya terhadap nilai-nilai pluralisme dan toleransi. Dalam berbagai peran yang diembannya, Gus Dur selalu mengedepankan keberagaman sebagai kekuatan bangsa Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan.

Perjalanan Gus Dur dalam memperjuangkan pluralisme bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Berbekal pengalaman hidup di lingkungan yang plural dan pendidikan internasional, ia mengembangkan pandangan bahwa keberagaman adalah aset, bukan ancaman. Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana peran Gus Dur dalam memperjuangkan pluralisme dan toleransi di Indonesia, serta warisan yang ditinggalkannya.

Latar Belakang Gus Dur dan Pandangan Pluralismenya

Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940, dalam keluarga yang religius dan berpengaruh di kalangan Muslim tradisionalis. Sejak kecil, Gus Dur sudah terbiasa hidup di lingkungan pesantren yang terbuka terhadap perbedaan pandangan.

Pendidikan Gus Dur juga memperluas cakrawala berpikirnya. Ia sempat belajar di Universitas Al-Azhar di Mesir dan di Universitas Baghdad di Irak. Pengalaman belajar di luar negeri memperkenalkan Gus Dur pada dinamika dunia Islam yang beragam dan menumbuhkan pandangan bahwa Islam harus bisa hidup berdampingan dengan berbagai budaya dan kepercayaan.

Pandangan inilah yang menjadi fondasi kuat bagi perjuangan Gus Dur dalam menegakkan pluralisme dan toleransi sepanjang hidupnya.

Kebijakan dan Langkah Konkret Gus Dur dalam Memperjuangkan Pluralisme

1. Mengakui Agama Konghucu

Salah satu kebijakan paling ikonik Gus Dur sebagai Presiden adalah mengakui kembali agama Konghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Sebelumnya, di masa Orde Baru, penganut Konghucu mengalami diskriminasi berat dan kesulitan menjalankan ibadah secara terbuka.

Pada tahun 2000, Gus Dur menerbitkan Keputusan Presiden yang memungkinkan penganut Konghucu merayakan Imlek dan praktik keagamaan mereka secara terbuka. Kebijakan ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat hak-hak minoritas agama di Indonesia.

2. Mencabut Larangan Perayaan Imlek

Selain pengakuan terhadap Konghucu, Gus Dur juga mencabut larangan perayaan Imlek di ruang publik yang diberlakukan pada masa sebelumnya. Kebijakan ini disambut antusias oleh masyarakat Tionghoa Indonesia dan menjadi simbol kembalinya hak-hak budaya yang telah lama ditekan.

Tindakan ini mempertegas komitmen Gus Dur terhadap prinsip bahwa negara tidak boleh mengintervensi kebebasan budaya dan agama warganya.

3. Menolak Diskriminasi atas Dasar Agama dan Etnis

Dalam banyak pidato dan kebijakan, Gus Dur menekankan pentingnya menolak diskriminasi terhadap kelompok minoritas, baik itu minoritas agama, etnis, maupun sosial. Ia mendorong agar semua warga negara Indonesia, tanpa memandang latar belakang, memiliki hak yang sama di hadapan hukum dan dalam kehidupan sosial.

4. Mendukung Dialog Antaragama

Gus Dur aktif mendorong dialog antaragama, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia percaya bahwa dengan dialog yang terbuka dan jujur, kesalahpahaman antaragama bisa dikurangi, dan kerja sama lintas keyakinan dapat terjalin lebih erat.

Di tingkat global, Gus Dur bahkan terlibat dalam berbagai forum perdamaian dan antaragama, memperkenalkan wajah Islam Indonesia yang moderat dan toleran kepada dunia.

5. Membela Kelompok Minoritas Tertindas

Ketika banyak tokoh politik lain memilih untuk diam, Gus Dur secara terbuka membela kelompok-kelompok minoritas yang mengalami ketidakadilan, seperti Ahmadiyah, Syiah, dan penganut kepercayaan lokal. Ia meyakini bahwa negara wajib melindungi semua warganya tanpa diskriminasi.

Tantangan yang Dihadapi Gus Dur

Perjuangan Gus Dur untuk pluralisme dan toleransi tidak selalu mulus. Ia menghadapi banyak tantangan, di antaranya:

  • Penolakan dari Kelompok Konservatif:
    Banyak pihak yang menganggap langkah-langkah Gus Dur bertentangan dengan “identitas nasional” dan mengkhawatirkan “liberalisasi berlebihan”.
  • Tekanan Politik:
    Beberapa kebijakannya yang dianggap terlalu “pro-minoritas” membuatnya kehilangan dukungan politik di parlemen dan mempercepat kejatuhannya dari kursi Presiden.
  • Stigmatisasi:
    Gus Dur kerap menjadi sasaran fitnah dan diserang secara personal karena pandangannya yang progresif dan inklusif.

Namun, meskipun menghadapi berbagai rintangan, Gus Dur tetap teguh memperjuangkan apa yang diyakininya benar.

Baca juga: Peran Sunda Kelapa dalam Jalur Perdagangan Nusantara dan Internasional

Warisan Gus Dur dalam Pluralisme dan Toleransi

Meski masa jabatannya sebagai Presiden hanya berlangsung sekitar dua tahun, warisan Gus Dur tetap hidup hingga kini:

  • Hari Raya Imlek menjadi Hari Libur Nasional:
    Upaya Gus Dur membuka jalan bagi pengakuan resmi Imlek sebagai hari libur nasional pada era pemerintahan berikutnya.
  • Peningkatan Kesadaran Multikulturalisme:
    Pemikiran dan tindakan Gus Dur mendorong bangsa Indonesia untuk lebih sadar akan pentingnya menghormati keberagaman.
  • Inspirasi bagi Generasi Muda:
    Gus Dur menjadi inspirasi bagi banyak aktivis muda dalam memperjuangkan hak asasi manusia, demokrasi, dan keberagaman.
  • Pendirian Wahid Institute:
    Setelah kepergiannya, Wahid Institute didirikan untuk meneruskan semangat perjuangan Gus Dur dalam bidang toleransi, demokrasi, dan keadilan sosial.

Peran Gus Dur dalam Memperjuangkan Pluralisme dan Toleransi di Indonesia. Gus Dur telah membuktikan bahwa keberanian untuk membela yang benar, meski menghadapi risiko besar, adalah kunci membangun bangsa yang lebih adil dan beradab.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apa yang membuat Gus Dur dikenal sebagai pejuang pluralisme?
Gus Dur dikenal karena berbagai kebijakannya yang membela hak-hak minoritas, mendorong dialog antaragama, serta menolak diskriminasi berbasis agama, etnis, dan budaya.

2. Bagaimana Gus Dur memperjuangkan hak komunitas Tionghoa di Indonesia?
Gus Dur mencabut larangan perayaan Imlek dan mengakui kembali agama Konghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia.

3. Apa tantangan utama yang dihadapi Gus Dur dalam memperjuangkan pluralisme?
Gus Dur menghadapi tekanan dari kelompok konservatif, kehilangan dukungan politik, dan sering menjadi korban stigmatisasi karena pandangan pluralisnya.

4. Apa warisan Gus Dur yang masih dirasakan sampai sekarang?
Warisan Gus Dur meliputi peningkatan kebebasan beragama, penguatan nilai multikulturalisme, inspirasi bagi aktivis hak asasi manusia, serta pengakuan resmi terhadap hari raya Imlek.

5. Apakah ada lembaga yang melanjutkan perjuangan Gus Dur?
Ya, Wahid Institute didirikan untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur dalam bidang pluralisme, demokrasi, dan keadilan sosial.


Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.