Kendala-Kendala Umum Ekspor yang dihadapi Negara, Kendala-kendala yang dihadapi oleh negara kita dalam melakukan ekspor, di antaranya sebagai berikut.
a. Perekonomian
Negara kita dihadapkan pada ekonomi biaya tinggi (high cost economy), yang ditandai dengan:
- produktivitas dan kualitas tenaga kerja relatif rendah;
- struktur industri dan teknis produksi tidak efisien dan rapuh;
- struktur dan prosedur birokrasi sering menimbulkan biaya tambahan;
- sistem transportasi dan jalur distribusi laut dan darat yang lamban dan kurang memadai, serta sistem integrasi antarmodal yang lemah di hampir semua jenis angkutan dan distribusi sehingga menganggu ketepatan waktu penyampaian barang dan efisiensi biaya;
- mekanisme keterkaitan industri hulu dan hilir yang tidak efisien;
- banyaknya industri yang terkait dengan monopoli, oligopoli, dan konsentrasi rasio yang tinggi pada kelompok tertentu, serta kolusi yang samar-samar yang mengkonsentrasikan diri pada pasar domestik;
- kondisi moneter yang terlalu peka dan labil terhadap inflasi, nilai kurs, dan tingkat bunga;
- ketergantungan terhadap kandungan impor yang tinggi serta industri hulu dan industri strategis;
- Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang sarat dengan biayabiaya tambahan dan birokratis;
- proteksi yang berlebihan dan berkepanjangan pada industri hulu;
- kesalahan struktural dalam kebijakan pemerintah serta kurangnya kemampuan dalam bidang rekayasa dan rancang bangun;
- tata niaga perdagangan dan jasa dalam negeri yang berlingkar pada kelompok tertentu.
Baca juga Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia
b. Internal
Kendala-Kendala Umum Ekspor internal lainnya berupa:
- lingkar proses bahan baku yang belum memadai untuk industri barang jadi;
- rendahnya tingkat investasi untuk komoditas ekspor, baik investasi domestik maupun asing;
- keserasian proses dan mekanisme kerja antara birokrat dan pengusaha masih belum selaras dan harmonis;
- kelemahan dalam informasi pasar;
- proses inovasi dan pengembangan teknologi yang rendah;
- forum Indonesia Incorporated yang kurang berperan antif;
- trading house yang belum berfungsi;
- tingginya ketergantungan pada beberapa komoditas ekspor bahan-bahan pertanian dan tambang (90% konsentrasi mata dagangan nonmigas hanya pada 23 komoditi);
- term of trade beberapa komoditas pendukung cenderung merosot;
- ekspor masih dalam komoditas pesanan, belum masuk dalam tahap daya saing dan lemahnya respon terhadap permintaan pasar sehingga riskan terhadap perubahan global;
- rendahnya upaya strategi promosi ekspor dan budaya ekspor serta tumpulnya ujung tombak atase dan wakil dagang di luar negeri, dan lemahnya kekuatan jangkauan pasar yang hanya terbatas pada akses pasar dari pemiliki merek sebagai pemesan;
- kecilnya peran konglomerat yang ikut bermain dalam pasar internasional, mereka lebih melihat pasar domestik untuk melempar produknya;
- lemahnya jaringan bisnis dan saluran distribusi perdagangan internasional;
- mayoritas industri Indonesia hanya bertumpu pada hasil akhir, tanpa didukung oleh akar industri yang kuat;
- lemahnya infrastuktur pendukung dan lambatnya kesiapan kelembagaan pendukung, seperti pelabuhan, listrik, telekomunikasi, dan tenaga ahli;
- pasar luar negeri yang mendikte bahan baku produksi atau pun pelemparan output produksinya.
Baca juga Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
c. Eksterenal
Kendala eksternal berupa:
- semakin ketatnya persaingan beberapa macam ekspor antarnegara;
- proses substitusi barang impor meningkat di negara-negara pengimpor, sikap proteksionis dari beberapa negara tujuan ekspor;
- ketergantungan pada ekonomi dunia akibat strategi led growth;
- daya serap negara maju rendah akibat resesi dan problem ekonomi yang masih terasa dan upaya penghematan impor dari negara-negara pengimpor sehingga membuat permintaan turun, yang berakibat merosotnya harga barangbarang tersebut;
- lingkaran utama negara-negara berkembang ikut mempengaruhi lalu lintas impor-ekspor internasional;
- perubahan struktur produksi bagi negara-negara maju yang cenderung dan bertendensi menjadi over supply bagi negaranegara pengekspor sehingga mendorong merosotnya hargaharga dari produksi ekspor tersebut;
- perubahan gerak nilai tukar internasional yang sulit dideteksi;
- munculnya negara-negara pendatang baru yang memproduksi barang sejenis, seperti Vietnam, Bangladesh, dan Cina yang bersamaan dengan pesaing-pesaing lama yang memiliki jaringan internasional membanjiri pasaran dengan ciri dan pola strategi pemasaran yang berbeda dengan harga yang lebih kompetitif; 9. semakin berkembangnya trading block, seperti pasar tunggal Eropa, NAFTA, AFTA, dan forum APEC. Walaupun pada akhirnya semakin terarah menuju liberalisasi perdagangan dan investasi, terutama setelah ditandatanganinya kesepakatan-kesepakatan WTO untuk tahun 2010/2020.