SCENE: Peta Hidup — Di tengah gelombang persaingan sekolah, tekanan ujian, dan derasnya arus informasi, banyak siswa seperti kapal yang berlayar tanpa kompas. Mereka hafal rumus, menguasai teori, tapi sering kali bingung menjawab satu pertanyaan sederhana: “Mau ke mana setelah lulus?”
Dari keresahan itulah lahir SCENE Peta Hidup — sebuah pendekatan yang bukan sekadar kurikulum, melainkan peta untuk menemukan jati diri, arah, dan tujuan hidup siswa Indonesia.
Di sebuah ruangan sederhana tapi bersih, warna-warni badge berjejer rapi di atas meja. Masing-masing bulat dan berkilau, dengan tulisan tegas: SCENE Peta Hidup. Hijau, biru, cokelat, ungu, dan magenta. Lima warna itu bukan sekadar hiasan — melainkan simbol perjalanan hidup seorang pelajar.
Di ujung meja, JIACEP sang penggagas SCENE tersenyum sambil memegang secangkir kopi merahnya. “Sekolah itu penting,” katanya pelan, “tapi siswa butuh peta untuk hidupnya, bukan hanya jadwal pelajaran.”
Bukan Kurikulum, Tapi Peta Hidup
SCENE adalah singkatan dari Spirituality, Conceptualizer, Entrepreneurship, Networking, Entertainment. Berbeda dengan kurikulum formal, SCENE dirancang sebagai panduan hidup yang membantu siswa menemukan potensi diri, mengambil keputusan penting, dan menapaki masa depan dengan arah yang jelas.
Setiap zona memiliki filosofi yang kuat:
- Hijau (Spirituality) – Pondasi karakter, moral, dan kekuatan batin.
- Biru (Conceptualizer) – Kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
- Cokelat (Entrepreneurship) – Keberanian mencipta peluang.
- Ungu (Networking) – Keterampilan membangun jejaring yang sehat.
- Magenta (Entertainment) – Keseimbangan antara kerja keras dan kegembiraan.
“SCENE itu seperti kompas di tengah lautan kurikulum,” ujar Bambang yang menjadi fasilitator zona Conceptualizer. “Kalau kurikulum itu jadwal kapal, SCENE yang menentukan ke mana kapal itu akan berlayar.”
Implementasi di sebuah sekolah swasta
Andi, siswa kelas XI GIS ( GHAMA Islamic School), baru saja mendapatkan badge ungu Networking. “Awalnya saya kira ini cuma kegiatan ngobrol sama teman,” ia tertawa. “Tapi ternyata saya belajar membangun koneksi dengan orang yang benar-benar bisa membantu saya mengembangkan ide bisnis kecil saya.”
Ia menunjuk badge di tasnya. “Ini bukan hadiah. Ini tanda bahwa saya sudah bisa mempraktikkan ilmunya di dunia nyata.”
Baca juga: Yayasan Pendidikan GHAMA Resmi Meluncurkan Gerakan SCENE: Peta Hidup
SCENE Menjadi Nilai Premium untuk GIS
Saat ini, SCENE diterapkan secara eksklusif di GIS sebagai nilai tambah yang membedakan mereka dari sekolah umum maupun swasta lainnya. “SCENE adalah pembeda premium GIS,” jelas sang penggagas.
Ke depan, SCENE juga tengah disiapkan untuk menjadi platform digital bernama SCENE Academy. Di dalamnya, siswa dapat mengunggah pencapaian, mendapatkan badge virtual, mengisi jurnal pribadi, dan menerima umpan balik dari mentor.
Misi yang Lebih Besar
Mengutip Tan Malaka, Jiacep menegaskan, “Pendidikan sejati itu melahirkan pemikir merdeka, bukan sekadar buruh patuh zaman modern.” SCENE hadir untuk memastikan setiap siswa Indonesia tidak hanya lulus ujian, tapi juga lulus kehidupan.
“Sekolah mengajarkan pelajaran, SCENE menunjukkan arah,” ujarnya menutup pembicaraan.
Referensi : Yayasan Pendidikan GHAMA – www.sekolahghama.com