Kerajaan Tarumanegara dengan Raja Mulawarman berlokasi di Jawa Barat
Kerajaan Tarumanegara berlokasi di Jawa Barat dengan rajanya bernama Mulawarman, berkembang bersamaan dengan kerajaan Kutai pada abad V M. Keberadaan kerajaan Tarumanegara dapat diketahui melalui 7 buah prasasti batu yang ditemukan di daerah Bogor, Jakarta, dan Banten.
Prasastinya dikenal Ciaruteun, Jambu, Kebon Kopi, Tugu, Pasir Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Prasasti ditulis dalam huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta yang digubah dalam bentuk syair.
Pada prasasti Ciaruteun terdapat lukisan 2 tapak kaki raja yang diterangkan seperti tapak kaki Wisnu. Prasasti Kebon Kopi terdapat gambar tapak kaki gajah sang raja yang disamakan sebagai tapak kaki gajah Airawata. Prasasti Tugu penggalian 2 sungai di Punjab yaitu Candrabhaga dan Gomati.
Maksud pembuatan saluran pada sungai ini diperkirakan ada hubungannya dengan usaha mengatasi banjir (Poerbatjaraka, 1952). Hal menarik yang dapat dipetik hikmah dari prasasti tugu adalah upaya pengendalian banjir yang memang menjadi perhatian khusus dari raja Purnawarman.
Perhatian pengendalian banjir memberikan indikasi bahwa daerah ini sejak lama berpotensi banjir. Sikap masyarakat harus berdamai dengan situasi geografi dan sosial ini sehingga dapat mencari upaya positif menanggulangi untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkannya.
Dalam prasasti Jambu dijumpai nama negara Tarumayam dan sungai Utsadana. Negara Tarumayam disamakan dengan Tarumanagara, sedangkan Utsadana identik dengan sungai Cisadane.
Pada prasasti ini, Pūrņawarman disamakan dengan Indra sebagai dewa perang serta memiliki sifat sebagai dewa matahari. Di Cisadane juga ditemukan arca-arca rajasi dan disebutkan dalam prasasti Tugu yang mencerminkan sifat Wisnu-Surya.
Dari bukti tersebut dapat dikatakan bahwa Jawa Barat telah menjadi pusat seni dan agama, dan sesuai pula dengan berita Cina yang mengatakan bahwa pada abad VII M terdapat negara bernama To-lo-mo yang berarti Taruma.
Baca juga Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Dari peninggalan ini pila dapat diketahui bahwa agama yang dianut oleh para penguasa setempat adalah agama Hindu aliran Wisnu. Bahkan raja dianggap sebagai titisan dewa Wisnu yang memelihara kehidupan rakyat agar makmur dan tenteram.