Home » Sejarah » Perjalanan Politik Megawati: Dari Putri Proklamator hingga Presiden Indonesia
Posted in

Perjalanan Politik Megawati: Dari Putri Proklamator hingga Presiden Indonesia

Perjalanan Politik Megawati: Dari Putri Proklamator hingga Presiden Indonesia (ft.istimewa)
Perjalanan Politik Megawati: Dari Putri Proklamator hingga Presiden Indonesia (ft.istimewa)

Megawati Soekarnoputri adalah sosok penting dalam sejarah politik Indonesia. Ia bukan hanya dikenal sebagai Presiden wanita pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai tokoh sentral dalam era transisi dari Orde Baru menuju era Reformasi. Sebagai putri dari proklamator sekaligus Presiden pertama Indonesia, Soekarno, Megawati memikul beban sejarah yang besar. Namun, dengan keteguhan dan konsistensinya, ia berhasil membangun kiprah politiknya sendiri dan mewarnai dinamika politik nasional selama lebih dari tiga dekade. Bagaimana Perjalanan Politik Megawati: Dari Putri Proklamator hingga Presiden Indonesia?

Artikel Perjalanan Politik Megawati ini akan mengupas secara mendalam perjalanan politik Megawati Soekarnoputri, dari masa kecilnya di lingkungan istana, keterlibatannya dalam Partai Demokrasi Indonesia, perannya dalam Reformasi, hingga menjadi Presiden Republik Indonesia.


Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecil

Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri lahir pada 23 Januari 1947 di Yogyakarta. Sebagai anak kedua dari pasangan Presiden Soekarno dan Fatmawati, Megawati tumbuh di tengah atmosfer politik yang sangat dinamis. Ia menghabiskan masa kecilnya di Istana Merdeka dan menyaksikan langsung bagaimana ayahnya memimpin negara yang baru merdeka.

Namun, setelah Soekarno dijatuhkan dari kekuasaan pada 1966, kehidupan Megawati dan keluarganya berubah drastis. Mereka tidak lagi mendapat fasilitas istana dan sempat hidup dalam keterbatasan.


Pendidikan dan Kehidupan Pribadi

Megawati sempat menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung, dan kemudian di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Namun, keduanya tidak berhasil ia selesaikan karena situasi politik yang rumit pada saat itu dan pengaruh besar nama Soekarno yang terus diawasi oleh rezim Orde Baru.

Dalam kehidupan pribadinya, Megawati menikah tiga kali. Pernikahan terakhirnya adalah dengan Taufiq Kiemas, seorang tokoh politik yang juga berperan penting dalam perjalanan politik Megawati dan PDI Perjuangan. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai tiga anak, salah satunya Puan Maharani yang kini aktif di dunia politik sebagai Ketua DPR RI.


Awal Keterlibatan dalam Politik

Meski berasal dari keluarga politik, Megawati baru benar-benar aktif dalam politik pada akhir 1980-an. Pada 1987, ia terpilih sebagai anggota DPR RI dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Popularitasnya sebagai putri Bung Karno menjadikannya figur yang disegani dalam PDI dan dicintai oleh rakyat kecil.

Pada Kongres PDI tahun 1993 di Surabaya, Megawati terpilih sebagai Ketua Umum PDI secara aklamasi. Namun, rezim Orde Baru tidak merestui kepemimpinannya. Pemerintah mendukung faksi tandingan dalam PDI, yang menyebabkan perpecahan di tubuh partai.

Konflik ini mencapai puncaknya dalam peristiwa Kudatuli (Kerusuhan 27 Juli 1996), ketika kantor DPP PDI yang diduduki pendukung Megawati diserbu oleh kelompok pro-pemerintah. Peristiwa ini justru meningkatkan simpati publik terhadap Megawati dan memperkuat posisinya sebagai simbol perlawanan terhadap kekuasaan yang otoriter.


Mendirikan PDI Perjuangan dan Peran dalam Era Reformasi

Pasca kejatuhan Soeharto pada 1998, Megawati mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Partai ini menjadi kendaraan politik utama dalam era Reformasi dan segera memperoleh dukungan besar dari masyarakat.

Pada Pemilu 1999, PDI-P meraih suara terbanyak. Namun, dalam pemilihan presiden oleh MPR, Megawati gagal menjadi presiden karena adanya kompromi politik antar partai. Sebagai gantinya, ia menjadi Wakil Presiden mendampingi Abdurrahman Wahid (Gus Dur).


Menjadi Presiden Republik Indonesia

Pada 23 Juli 2001, MPR memberhentikan Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap tidak mampu menjalankan pemerintahan secara efektif. Megawati, sebagai wakil presiden saat itu, dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia kelima, dan menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan tersebut dalam sejarah Indonesia.

Kebijakan Politik dan Ekonomi

Kepemimpinan Megawati terjadi di masa penuh transisi dan tantangan. Ia berusaha menstabilkan ekonomi nasional pasca-krisis 1998, melanjutkan reformasi birokrasi, serta memperkuat institusi demokrasi. Pemerintahannya juga berhasil menekan inflasi dan menjaga nilai tukar rupiah.

Penanganan Terorisme

Masa kepemimpinan Megawati juga diwarnai oleh tragedi Bom Bali 1 pada tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Pemerintahannya menanggapi dengan cepat, membentuk badan penanggulangan terorisme, serta meningkatkan kerja sama internasional dalam pemberantasan terorisme.

Kebijakan Luar Negeri

Dalam bidang luar negeri, Megawati memilih jalur diplomasi tenang. Ia aktif mempromosikan kerja sama regional di ASEAN, serta menjalin hubungan baik dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.

Baca juga: Peran B J Habibie dalam Reformasi 1998 dan Awal Demokrasi Indonesia


Pemilu 2004 dan Kembali ke Oposisi

Pada Pemilu Presiden 2004, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dengan didampingi Hasyim Muzadi. Namun, ia kalah dalam dua putaran dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kemudian menjabat sebagai Presiden ke-6 Republik Indonesia.

Kekalahan ini tidak membuat Megawati mundur dari politik. Ia terus memimpin PDI Perjuangan sebagai ketua umum dan membina kader-kader partai. Keberhasilannya mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden dalam dua periode (2014 dan 2019) menunjukkan kekuatan dan pengaruh politik Megawati yang tetap besar.


Warisan Politik dan Peran Strategis

Sebagai tokoh nasional, Megawati meninggalkan warisan penting:

  1. Simbol Perempuan dalam Politik
    Kepemimpinan Megawati membuka jalan bagi perempuan di dunia politik Indonesia. Ia membuktikan bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin tertinggi negara.
  2. Konsistensi Ideologis
    Megawati dikenal sebagai sosok yang teguh dalam ideologi nasionalisme dan ajaran Bung Karno. Ia menolak pragmatisme politik dan menekankan pentingnya pendidikan ideologi kepada kader.
  3. Regenerasi Kepemimpinan
    Di bawah kepemimpinan Megawati, PDI Perjuangan mampu melahirkan pemimpin baru seperti Jokowi, Ganjar Pranowo, dan Puan Maharani. Ini menjadi salah satu keberhasilan dalam menciptakan kaderisasi yang kuat dalam partai.

Kontroversi dan Kritik

Sebagai figur publik, Megawati juga tidak lepas dari kritik. Gaya kepemimpinannya yang cenderung lamban dan tertutup menuai kritik dari sebagian kalangan. Selain itu, beberapa kebijakan ekonominya dinilai kurang progresif. Namun, bagi pendukungnya, gaya tersebut mencerminkan kehati-hatian dan kedalaman berpikir dalam memimpin negara yang sedang bertransisi.


Kesimpulan

Perjalanan politik Megawati Soekarnoputri adalah cerminan dari ketekunan, kesabaran, dan konsistensi dalam menghadapi berbagai tekanan politik. Dari seorang putri presiden yang tersingkir pada masa Orde Baru, ia bangkit menjadi simbol perlawanan dan akhirnya menjadi Presiden Indonesia.

Kiprah politiknya hingga kini masih sangat relevan. Sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati terus memainkan peran strategis dalam menentukan arah politik nasional. Ia adalah tokoh yang bukan hanya mewarisi sejarah, tetapi juga menciptakan sejarahnya sendiri.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Kapan Megawati menjadi Presiden Indonesia?
Megawati menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia sejak 23 Juli 2001 hingga 20 Oktober 2004.

2. Apa latar belakang Megawati sebelum terjun ke dunia politik?
Megawati adalah putri Presiden Soekarno. Ia sempat kuliah di Universitas Padjadjaran dan Universitas Indonesia, tetapi tidak menyelesaikan pendidikannya karena tekanan politik pada masa Orde Baru.

3. Apa peran Megawati dalam PDI Perjuangan?
Megawati adalah pendiri dan ketua umum PDI Perjuangan sejak 1999 hingga sekarang. Di bawah kepemimpinannya, PDI Perjuangan menjadi salah satu partai politik terbesar di Indonesia.

4. Siapa saja tokoh yang muncul dari kaderisasi PDI Perjuangan di bawah Megawati?
Beberapa tokoh penting yang muncul antara lain Joko Widodo (Presiden RI ke-7), Ganjar Pranowo (mantan Gubernur Jawa Tengah), dan Puan Maharani (Ketua DPR RI).

5. Apa warisan politik Megawati bagi Indonesia?
Megawati mewariskan penguatan demokrasi, keterlibatan perempuan dalam politik, dan regenerasi kepemimpinan melalui PDI Perjuangan.


Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.