Home » Sejarah » Runtuhnya Kesultanan Demak dan Munculnya Kesultanan Pajang
Posted in

Runtuhnya Kesultanan Demak dan Munculnya Kesultanan Pajang

Runtuhnya Kesultanan Demak dan Munculnya Kesultanan Pajang (ft.istimewa)
Runtuhnya Kesultanan Demak dan Munculnya Kesultanan Pajang (ft.istimewa)

Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama dan terkuat di Pulau Jawa pada awal abad ke-16. Sebagai pelopor penyebaran Islam di Jawa, Demak memiliki pengaruh besar, tidak hanya dalam bidang agama, tetapi juga dalam urusan politik dan militer. Namun, kejayaan itu tidak bertahan lama. Setelah serangkaian konflik internal dan perebutan kekuasaan, Kesultanan Demak runtuh. Runtuhnya Kesultanan Demak tersebut, muncul kekuatan baru bernama Kesultanan Pajang, yang didirikan oleh tokoh penting bernama Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya.

Artikel Runtuhnya Kesultanan Demak ini membahas secara mendalam proses runtuhnya Kesultanan Demak, peran konflik dinasti, pergeseran pusat kekuasaan, serta lahirnya Kesultanan Pajang yang menjadi kelanjutan kekuasaan Islam di pedalaman Jawa Tengah.


1. Kejayaan Kesultanan Demak

Didirikan sekitar tahun 1475 oleh Raden Patah, Kesultanan Demak tumbuh sebagai pusat kekuatan Islam setelah kemunduran Majapahit. Lokasinya yang strategis di pantai utara Jawa menjadikan Demak sebagai pusat perdagangan dan dakwah. Kesultanan ini juga didukung oleh para Wali Songo dalam menyebarkan ajaran Islam.

Di masa pemerintahan Sultan Trenggana (1521–1546), Demak mencapai puncak kejayaan dengan melakukan ekspansi ke wilayah timur seperti Madiun, Surabaya, dan Pasuruan. Trenggana juga berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Jawa, yaitu Kerajaan Majapahit, sehingga memperluas kekuasaan Islam.

Namun, kematian Sultan Trenggana dalam ekspedisi militer di Panarukan menjadi awal dari perpecahan internal yang menyebabkan runtuhnya Demak.


2. Konflik Dinasti: Pangeran Sekar Sedo Lepen vs Arya Penangsang

Setelah wafatnya Sultan Trenggana, tahta Kesultanan Demak menjadi rebutan antara dua kubu utama:

  • Pangeran Sekar Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana), yang mendukung putranya, Pangeran Hadiri.
  • Arya Penangsang, putra Pangeran Sekar, yang merasa berhak atas tahta karena merupakan keturunan langsung dari pendiri Demak.

Ketegangan meningkat ketika Pangeran Hadiri, yang menjadi suami dari Ratu Kalinyamat (putri Sultan Trenggana), dibunuh oleh Arya Penangsang. Tindakan ini memicu kemarahan banyak bangsawan dan membuat Ratu Kalinyamat meminta bantuan kepada tokoh muda dari Pajang: Jaka Tingkir.


3. Jaka Tingkir dan Perebutan Kekuasaan

Jaka Tingkir, nama kecil dari Sultan Hadiwijaya, adalah menantu Sultan Trenggana dan merupakan tokoh cerdas serta kharismatik yang sebelumnya mengabdi di istana Demak. Ia mendapat kepercayaan untuk mengatasi konflik yang ditimbulkan oleh Arya Penangsang.

Melalui strategi politik dan militer yang cermat, Jaka Tingkir mengutus Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi untuk menumpas Arya Penangsang. Dalam pertempuran di daerah Bengawan Sore, Arya Penangsang akhirnya tewas.

Kematian Arya Penangsang mengakhiri perang saudara yang meruntuhkan Kesultanan Demak secara de facto. Demak kehilangan pemimpinnya dan pusat kekuasaan politik Islam pun berpindah ke pedalaman Jawa, tepatnya di Pajang.


4. Berdirinya Kesultanan Pajang

Setelah mengalahkan Arya Penangsang, Jaka Tingkir memindahkan pusat kekuasaan dari Demak ke Pajang, sebuah wilayah agraris yang strategis di dekat Surakarta (Solo saat ini). Ia kemudian mendeklarasikan diri sebagai Sultan Hadiwijaya, dan Kesultanan Pajang berdiri pada tahun 1549.

Kesultanan Pajang bukan hanya kelanjutan dari kekuasaan Demak, tetapi juga awal dari Islamisasi di wilayah pedalaman Jawa. Ini menjadi perubahan besar dalam peta politik Jawa, karena sebelumnya kekuasaan Islam hanya terkonsentrasi di wilayah pesisir.


5. Pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Pajang

Sebagai raja, Sultan Hadiwijaya dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, adil, dan mampu menjaga stabilitas kerajaan. Ia didukung oleh tokoh-tokoh penting seperti:

  • Ki Ageng Pemanahan, yang kelak diberi hadiah tanah di Mataram.
  • Ki Penjawi, yang diberi tanah di Pati.
  • Danang Sutawijaya (putra Ki Ageng Pemanahan), yang kemudian menjadi pendiri Kerajaan Mataram Islam.

Sultan Hadiwijaya menjaga keseimbangan antara kekuasaan kerajaan dan pengaruh para bangsawan lokal. Ia juga memelihara hubungan dengan para ulama dan santri, menjaga kelangsungan dakwah Islam di Jawa bagian tengah dan selatan.


6. Kesultanan Pajang sebagai Peralihan Menuju Mataram

Kesultanan Pajang tidak bertahan lama. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat pada 1582, terjadi perebutan kekuasaan antara putranya, Pangeran Benawa, dan tokoh-tokoh lain. Pangeran Benawa akhirnya bekerja sama dengan Danang Sutawijaya dari Mataram untuk menggulingkan musuh politiknya, Arya Pangiri.

Namun, setelah mendapatkan kembali tahta Pajang, Pangeran Benawa tidak memiliki penerus dan memilih menyerahkan kekuasaan kepada Danang Sutawijaya. Dengan demikian, Kesultanan Pajang secara resmi berakhir dan digantikan oleh Kesultanan Mataram Islam, yang menjadi kekuatan dominan di Jawa selama abad ke-17.

Baca juga: Soeharto: Era Orde Baru dan Kebijakan Pembangunan Nasional


7. Jejak Demak dan Pajang dalam Sejarah Nusantara

Kesultanan Demak dan Pajang memiliki kontribusi besar dalam penyebaran Islam, pembangunan infrastruktur keagamaan seperti masjid dan pesantren, serta penguatan institusi politik Islam di Jawa.

Demak dikenal sebagai pelopor Islamisasi yang menggantikan dominasi Majapahit. Sementara Pajang menjadi penghubung antara kekuasaan pesisir dan pedalaman, membuka jalan bagi Mataram untuk berkembang menjadi kerajaan Islam yang besar.

Warisan ini masih bisa kita saksikan hari ini dalam bentuk:

  • Masjid Agung Demak.
  • Situs peninggalan Pajang di Solo dan sekitarnya.
  • Tradisi keraton yang masih berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta.

Kesimpulan

Runtuhnya Kesultanan Demak bukan hanya akibat konflik dinasti, tetapi juga bagian dari dinamika sejarah panjang transisi kekuasaan di Jawa. Kejatuhan Demak menjadi pintu bagi munculnya Kesultanan Pajang yang membawa Islam ke wilayah pedalaman. Meski tidak bertahan lama, Pajang memainkan peran penting sebagai jembatan antara kekuasaan Islam awal (Demak) dan kekuasaan Islam besar berikutnya (Mataram).

Perjalanan dari Demak ke Pajang menggambarkan bagaimana kekuasaan bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh faktor politik, keluarga, serta militer. Memahami sejarah ini bukan sekadar melihat masa lalu, tetapi juga menghargai proses panjang terbentuknya identitas bangsa Indonesia.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Mengapa Kesultanan Demak runtuh?
Kesultanan Demak runtuh karena konflik internal dan perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, terutama antara Arya Penangsang dan pihak lain yang mendukung Jaka Tingkir.

2. Siapa Jaka Tingkir dan apa perannya?
Jaka Tingkir adalah menantu Sultan Trenggana yang kemudian menjadi pendiri Kesultanan Pajang setelah mengalahkan Arya Penangsang.

3. Apa perbedaan Demak dan Pajang?
Demak merupakan kekuasaan Islam yang berpusat di wilayah pesisir utara Jawa, sementara Pajang terletak di pedalaman Jawa Tengah dan menjadi penerus kekuasaan Islam setelah runtuhnya Demak.

4. Mengapa Kesultanan Pajang tidak bertahan lama?
Kesultanan Pajang melemah setelah wafatnya Sultan Hadiwijaya dan tidak memiliki penerus kuat. Kekuasaan kemudian beralih ke Danang Sutawijaya yang mendirikan Kesultanan Mataram.

5. Apa kontribusi Kesultanan Demak dan Pajang bagi Indonesia?
Kedua kesultanan tersebut berperan dalam menyebarkan Islam, memperkuat institusi pemerintahan Islam, dan mewariskan budaya serta nilai-nilai religius yang masih hidup hingga kini.


Referensi

  • Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c.1200. Stanford University Press.
  • Nugroho Notosusanto (1984). Sejarah Nasional Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id – Direktorat Jenderal Kebudayaan
  • https://historia.id – Portal sejarah dan budaya Indonesia
  • https://buguruku.com – Media pembelajaran sejarah dan IPS berbasis digital

Artikel ini telah dioptimalkan untuk SEO dan dapat digunakan sebagai referensi sejarah pendidikan, penelitian, atau materi pembelajaran sekolah. Untuk artikel sejarah lainnya, kunjungi https://buguruku.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.