Home » Sejarah » Jan Pieterszoon Coen dan Pembentukan Batavia sebagai Kota Kolonial
Posted in

Jan Pieterszoon Coen dan Pembentukan Batavia sebagai Kota Kolonial

Jan Pieterszoon Coen dan Pembentukan Batavia sebagai Kota Kolonial (ft.istimewa)
Jan Pieterszoon Coen dan Pembentukan Batavia sebagai Kota Kolonial (ft.istimewa)

Jan Pieterszoon Coen adalah tokoh kontroversial dalam sejarah kolonialisme di Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Batavia, kota yang kemudian menjadi pusat kekuasaan Belanda di Asia Tenggara. Meskipun dianggap pahlawan oleh sebagian kalangan di Belanda karena berhasil memperluas kekuasaan dan perdagangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), banyak sejarawan dan rakyat Indonesia melihat Coen sebagai tokoh yang kejam, brutal, dan kolonialistik.

Dalam artikel ini, kita akan membahas peran Jan Pieterszoon Coen dalam mendirikan Batavia, strategi kolonial yang ia terapkan, dampaknya terhadap penduduk lokal, serta warisan kota Batavia yang masih terasa hingga kini.


Profil Singkat Jan Pieterszoon Coen

Jan Pieterszoon Coen lahir di Hoorn, Belanda, pada tahun 1587. Ia belajar di bawah bimbingan para ahli perdagangan dan akuntansi di Belanda sebelum bergabung dengan VOC. Pada usia muda, ia menunjukkan bakat dalam kepemimpinan dan strategi dagang. Pada tahun 1613, Coen pertama kali datang ke Hindia Timur sebagai seorang akuntan dan kemudian dengan cepat naik pangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC di Batavia.

Coen adalah sosok yang sangat ambisius dan percaya bahwa dominasi VOC harus ditegakkan melalui kekuatan militer. Ia memegang prinsip bahwa monopoli dagang tidak akan tercapai tanpa penaklukan dan kontrol wilayah secara paksa.


Latar Belakang Kedatangan VOC ke Jayakarta

Pada awal abad ke-17, VOC bersaing dengan kekuatan Eropa lain, seperti Portugis dan Inggris, untuk menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara. Jayakarta, yang saat itu dikuasai oleh Kesultanan Banten, menjadi target utama karena letaknya strategis di pesisir utara Pulau Jawa.

Jayakarta berada di muara Sungai Ciliwung dan dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa, membuatnya menjadi lokasi ideal untuk membangun basis dagang. VOC telah berusaha membuat perjanjian dengan penguasa setempat, tetapi ketegangan meningkat karena pengaruh Inggris dan Banten yang ingin mempertahankan kontrol atas wilayah tersebut.


Penaklukan Jayakarta dan Pendudukan VOC

Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen memimpin serangan militer besar-besaran terhadap Jayakarta. Ia membakar kota tersebut dan menghancurkan pertahanan lokal. Setelah menghancurkan Jayakarta, Coen mulai membangun kota baru di atas reruntuhannya. Kota itu kemudian dinamai Batavia, mengambil nama dari suku Batavi, leluhur orang Belanda.

Pembentukan Batavia dilakukan dengan sangat sistematis. Coen memerintahkan pembangunan benteng besar yang disebut Kasteel Batavia dan sistem kanal yang meniru tata kota Amsterdam. Pusat kota didesain untuk mendukung aktivitas militer dan perdagangan VOC, serta memisahkan komunitas berdasarkan etnis dan status sosial.


Struktur Kota Batavia: Kota Kolonial Bergaya Eropa

Batavia dirancang sebagai kota kolonial bergaya Eropa yang memiliki pusat administrasi, gudang-gudang besar, pemukiman pegawai VOC, serta fasilitas pendukung seperti gereja dan rumah sakit. Struktur kota ini mencerminkan prinsip kolonial: mengontrol, mengatur, dan mengeksploitasi.

Masyarakat kota Batavia dibagi menjadi beberapa lapisan. Orang Belanda dan Eropa tinggal di pusat kota, sedangkan penduduk pribumi, Tionghoa, dan budak ditempatkan di pinggiran kota. Kota ini juga mengalami perkembangan pesat karena masuknya berbagai etnis: Tionghoa, Arab, India, dan pribumi dari berbagai wilayah Indonesia.

Namun, meskipun Batavia terlihat megah, kota ini juga terkenal dengan kondisi lingkungan yang buruk. Kanal-kanal yang tidak terurus menjadi sarang penyakit seperti malaria dan kolera.


Kebijakan Monopoli dan Kekerasan

Jan Pieterszoon Coen dikenal sebagai pemimpin yang kejam dalam menerapkan kebijakan monopoli VOC. Ia menggunakan kekuatan militer untuk menaklukkan daerah-daerah penghasil rempah seperti Banda Neira. Di Banda, Coen memimpin pembantaian massal terhadap penduduk asli karena mereka menolak tunduk pada monopoli VOC.

Kebijakan ini menegaskan bahwa pendirian Batavia bukan hanya tindakan administratif, melainkan bagian dari strategi kekerasan untuk menciptakan pusat kendali atas perdagangan Asia. Coen percaya bahwa tujuan ekonomis VOC tidak dapat dicapai tanpa kekuasaan mutlak.

Baca juga: Dampak Awal Kedatangan Belanda bagi Masyarakat Indonesia


Dampak Sosial dan Ekonomi Batavia

Batavia menjadi kota penting dalam jaringan perdagangan VOC. Segala jenis komoditas—mulai dari rempah-rempah, kopi, gula, hingga tekstil—diperdagangkan melalui kota ini. VOC menggunakan Batavia sebagai pusat distribusi ke wilayah lain seperti Jepang, India, dan Eropa.

Secara sosial, Batavia menjadi melting pot berbagai budaya, tetapi juga tempat eksploitasi dan diskriminasi rasial. Budak-budak dari berbagai daerah Indonesia dan Asia dikirim ke Batavia untuk bekerja tanpa bayaran. Penduduk lokal tidak memiliki hak politik dan dibatasi gerakannya oleh peraturan kolonial yang ketat.


Warisan Jan Pieterszoon Coen dan Batavia

Warisan Coen sebagai pendiri Batavia masih terlihat dalam arsitektur dan tata kota Jakarta Lama. Kawasan Kota Tua Jakarta menyimpan banyak peninggalan dari masa VOC seperti:

  • Museum Fatahillah (Stadhuis Batavia)
  • Toko Merah
  • Gereja Sion
  • Kanal dan Jembatan Kota Intan

Namun, nama Jan Pieterszoon Coen juga menuai kontroversi. Di Indonesia, ia dipandang sebagai simbol kolonialisme brutal. Sementara di Belanda, patung dan nama jalan yang mengabadikan dirinya sering menjadi bahan protes oleh kelompok anti-kolonialisme.


Kesimpulan

Jan Pieterszoon Coen memainkan peran sentral dalam pembentukan Batavia sebagai kota kolonial VOC. Dengan strategi militer, sistem sosial diskriminatif, dan kebijakan ekonomi monopolistik, Coen menciptakan sebuah kota yang menjadi pusat kekuasaan kolonial di Asia Tenggara.

Batavia adalah cerminan dari kolonialisme Eropa di Asia: pembangunan yang megah di atas penderitaan rakyat lokal. Meskipun kini Jakarta telah berkembang menjadi ibu kota negara merdeka, warisan sejarah kolonial ini masih menjadi bahan refleksi dan pembelajaran bagi generasi penerus bangsa.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Siapa Jan Pieterszoon Coen?

Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur Jenderal VOC yang mendirikan Batavia pada tahun 1619 dan dikenal karena strategi militer serta kebijakan kolonialnya yang keras.

2. Mengapa Jayakarta dihancurkan oleh VOC?

Jayakarta dihancurkan karena VOC ingin menguasai wilayah tersebut dari pengaruh Kesultanan Banten dan Inggris. Wilayah ini strategis untuk dijadikan pusat perdagangan VOC.

3. Apa alasan Batavia dinamakan demikian?

Nama “Batavia” berasal dari suku Batavi, nenek moyang bangsa Belanda, sebagai simbol kekuasaan dan identitas kolonial Belanda.

4. Bagaimana struktur sosial di Batavia?

Masyarakat Batavia dikelompokkan berdasarkan ras dan status sosial. Orang Eropa berada di kelas tertinggi, sementara pribumi dan budak berada di kelas bawah.

5. Apakah warisan Batavia masih ada di Jakarta?

Ya. Banyak bangunan peninggalan Batavia masih ada di kawasan Kota Tua Jakarta, seperti Museum Fatahillah dan Gereja Sion.


Referensi

  • Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c.1200. Stanford University Press.
  • Widodo, Joko. (2012). Batavia: Kota Kolonial di Pesisir Utara Jawa. Balai Pelestarian Cagar Budaya.
  • Nationaal Archief Belanda. (2023). “Jan Pieterszoon Coen: Held of Dader?” https://www.nationaalarchief.nl
  • Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2023). “Sejarah Kota Jakarta.” www.jakarta.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.