Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan tertua dan paling bersejarah di Indonesia. Terletak di pesisir utara Pulau Jawa, pelabuhan ini telah memainkan peranan penting sejak era kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, khususnya pada abad ke-16 ketika menjadi pusat perdagangan strategis di Nusantara. Sunda Kelapa Abad ke-16, peran Sunda Kelapa tidak hanya sebagai pelabuhan dagang, tetapi juga sebagai titik temu berbagai kebudayaan dan kekuatan politik dari dalam dan luar negeri.
Artikel ini membahas bagaimana peran Sunda Kelapa pada abad ke-16 memengaruhi perekonomian, sosial-budaya, dan geopolitik Nusantara.
Letak Strategis Sunda Kelapa
Sunda Kelapa terletak di pesisir utara Jakarta, yang dulu merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Sunda. Letaknya sangat strategis karena berada di jalur pelayaran penting antara Laut Jawa, Selat Sunda, dan Samudra Hindia. Posisi geografis ini menjadikan Sunda Kelapa sebagai tempat persinggahan kapal-kapal niaga dari berbagai bangsa seperti Tiongkok, India, Arab, hingga Eropa.
Pelabuhan ini dikelilingi oleh kawasan yang subur dan kaya hasil bumi, terutama lada, beras, dan kayu. Hal ini menjadikan Sunda Kelapa menarik bagi para pedagang asing yang mencari komoditas bernilai tinggi.
Peran Sunda Kelapa dalam Kerajaan Sunda
Pada awal abad ke-16, Sunda Kelapa berada di bawah kendali Kerajaan Sunda Pajajaran yang beribu kota di Pakuan (Bogor). Kerajaan ini menjadikan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan utama untuk mengekspor lada, komoditas yang saat itu sangat bernilai di pasar internasional. Para penguasa Sunda bahkan menjalin hubungan dagang dengan bangsa Portugis untuk memperkuat posisi mereka dan menahan pengaruh Islam dari Demak di Jawa Tengah.
Pada tahun 1522, Kerajaan Sunda menandatangani perjanjian dengan Portugis untuk membangun benteng di Sunda Kelapa, sebagai bagian dari persekutuan militer dan dagang. Namun, sebelum benteng tersebut benar-benar dibangun, Demak di bawah pimpinan Fatahillah (Falatehan) menyerang dan merebut pelabuhan ini pada tahun 1527.
Penaklukan oleh Fatahillah dan Lahirnya Jakarta
Penaklukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah adalah peristiwa penting dalam sejarah Nusantara. Ia adalah seorang panglima dari Kesultanan Demak yang dikirim untuk menghadang perluasan kekuasaan Portugis dan memperluas pengaruh Islam ke wilayah barat Pulau Jawa. Setelah berhasil merebut Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527, Fatahillah mengganti nama pelabuhan ini menjadi Jayakarta, yang berarti “kemenangan yang sempurna.”
Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan Sunda atas pelabuhan tersebut dan awal mula berdirinya Jayakarta, cikal bakal kota Jakarta modern. Penaklukan ini juga mencerminkan perubahan politik dan agama di Jawa Barat dari Hindu-Buddha menuju Islam.
Aktivitas Perdagangan dan Ekonomi
Pada abad ke-16, Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tersibuk di Nusantara. Pelabuhan ini menjadi pusat distribusi lada dari daerah pedalaman seperti Banten dan Priangan. Para pedagang lokal membawa hasil bumi ke Sunda Kelapa, di mana barang-barang tersebut kemudian diperdagangkan ke pedagang asing.
Beberapa komoditas utama yang diperdagangkan di Sunda Kelapa antara lain:
- Lada dan rempah-rempah lainnya
- Beras dan hasil pertanian
- Kayu dan hasil hutan
- Kerajinan tangan dan tekstil
Sementara itu, para pedagang asing membawa kain sutra, logam, senjata, keramik, dan barang-barang mewah lainnya untuk ditukar. Sunda Kelapa menjadi pelabuhan penting dalam jalur perdagangan global yang menghubungkan Nusantara dengan Asia Selatan, Timur Tengah, hingga Eropa.
Baca juga: Dampak Kebijakan VOC dan Hindia Belanda terhadap Ekonomi dan Masyarakat Indonesia
Interaksi Budaya dan Agama
Sebagai pelabuhan internasional, Sunda Kelapa adalah tempat bertemunya berbagai kebudayaan. Pedagang Tionghoa, Gujarat, Arab, dan Portugis tidak hanya berdagang, tetapi juga membawa serta budaya, bahasa, makanan, dan agama mereka.
Pada masa ini, Islam mulai menyebar melalui jalur perdagangan. Para pedagang Muslim dari Gujarat dan Timur Tengah mendirikan permukiman dan masjid, yang menjadi pusat dakwah. Pengaruh Islam perlahan menggantikan dominasi agama Hindu dan Buddha di wilayah ini, terutama setelah penaklukan oleh Fatahillah.
Masa Transisi ke Kolonialisme
Setelah Fatahillah mendirikan Jayakarta, kota pelabuhan ini terus berkembang di bawah kekuasaan Kesultanan Banten. Namun, pada awal abad ke-17, Belanda (VOC) mulai tertarik menguasai kawasan ini karena lokasinya yang strategis dan kekayaan rempah-rempahnya.
Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen dari VOC menyerang Jayakarta dan menghancurkan kota tersebut. VOC kemudian mendirikan kota baru bernama Batavia, yang menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda di Nusantara selama lebih dari 300 tahun.
Perubahan dari Sunda Kelapa menjadi Jayakarta dan kemudian Batavia mencerminkan dinamika kekuasaan yang terus bergeser di wilayah ini — dari kerajaan lokal, kesultanan Islam, hingga kolonialisme Eropa.
Warisan Sunda Kelapa dalam Sejarah Indonesia
Hari ini, Sunda Kelapa masih berfungsi sebagai pelabuhan kecil yang melayani kapal-kapal tradisional phinisi. Meski tidak lagi menjadi pelabuhan utama, kawasan ini menyimpan nilai historis yang besar bagi bangsa Indonesia. Beberapa warisan penting dari Sunda Kelapa antara lain:
- Kawasan Kota Tua Jakarta yang menjadi saksi sejarah kolonial VOC
- Museum Bahari yang menyimpan koleksi sejarah pelayaran Nusantara
- Pelabuhan Sunda Kelapa yang menjadi simbol sejarah perdagangan maritim
Peringatan Hari Jadi Jakarta yang jatuh pada tanggal 22 Juni setiap tahun juga didasarkan pada tanggal penaklukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah.
Penutup
Sunda Kelapa pada abad ke-16 bukan hanya pelabuhan dagang, tetapi juga pusat perubahan politik, agama, dan kebudayaan di Nusantara. Perannya sebagai pintu gerbang perdagangan internasional menjadikannya salah satu pelabuhan paling penting dalam sejarah Indonesia. Dari tangan Kerajaan Sunda, jatuh ke Kesultanan Demak, lalu dikuasai VOC — perjalanan panjang Sunda Kelapa adalah cerminan dinamika sejarah bangsa Indonesia yang kaya dan kompleks.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa itu Sunda Kelapa?
Sunda Kelapa adalah pelabuhan tua yang terletak di Jakarta Utara, dahulu menjadi pelabuhan utama Kerajaan Sunda dan pusat perdagangan di abad ke-16.
2. Siapa yang merebut Sunda Kelapa dari Portugis?
Pelabuhan ini direbut oleh Fatahillah dari Kesultanan Demak pada 22 Juni 1527, kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta.
3. Apa peran Sunda Kelapa dalam perdagangan Nusantara?
Sunda Kelapa adalah pelabuhan utama untuk ekspor lada dan komoditas lain ke Asia dan Eropa, serta tempat bertemunya pedagang dari berbagai bangsa.
4. Mengapa tanggal 22 Juni diperingati sebagai Hari Jadi Jakarta?
Tanggal ini menandai kemenangan Fatahillah atas Portugis dan penggantian nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
5. Apa saja peninggalan sejarah yang masih bisa dilihat dari Sunda Kelapa?
Beberapa di antaranya adalah kawasan Kota Tua Jakarta, Museum Bahari, dan pelabuhan Sunda Kelapa itu sendiri.
Referensi
- Ricklefs, M.C. (2001). Sejarah Indonesia Modern 1200–2004. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
- Pigeaud, Th.G.Th. (1967). Java in the 14th Century. The Hague: Martinus Nijhoff.
- de Graaf, H.J., & Pigeaud, Th.G.Th. (1985). Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta: Grafiti.
- https://www.indonesia.go.id
- https://jakarta.go.id