Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh dalam sejarah Asia Tenggara. Dikenal sebagai kerajaan maritim yang kuat dan pusat pembelajaran agama Buddha, Sriwijaya memainkan peranan penting dalam jalur perdagangan internasional serta penyebaran agama dan kebudayaan di kawasan ini. Berpusat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatra Selatan, kejayaan Sriwijaya berlangsung selama lebih dari enam abad.
Artikel ini akan mengulas secara lengkap sejarah, kekuasaan, budaya, pengaruh keagamaan, serta peninggalan Kerajaan Sriwijaya dalam konteks regional dan internasional.
Awal Mula dan Lokasi Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya didirikan sekitar abad ke-7 Masehi. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa pusat kerajaan ini berada di sekitar tepian Sungai Musi, wilayah Palembang modern. Lokasi ini sangat strategis karena berada di jalur pelayaran utama antara India dan Tiongkok melalui Selat Malaka.
Nama “Sriwijaya” pertama kali dikenal dari Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang dan bertarikh tahun 682 M. Dalam prasasti tersebut disebutkan seorang pemimpin bernama Dapunta Hyang yang melakukan ekspedisi laut dan berhasil memperluas kekuasaan. Dari sinilah muncul pemahaman bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang memiliki kekuatan armada laut.
Kerajaan Maritim yang Menguasai Jalur Perdagangan
Salah satu keunggulan utama Sriwijaya adalah dominasinya atas jalur perdagangan laut yang sangat vital di Asia Tenggara. Posisi geografisnya membuat kerajaan ini menjadi titik transit utama bagi kapal dagang dari Tiongkok, India, dan wilayah Arab. Para pedagang yang melewati jalur ini sering berhenti di Sriwijaya untuk mengisi perbekalan, berdagang, atau bahkan menetap sementara.
Sriwijaya memanfaatkan kekuatannya di laut untuk memungut pajak dan mengatur keamanan perairan. Hal ini membuat kerajaan ini tidak hanya makmur secara ekonomi, tetapi juga menjadi kekuatan politik dan militer yang disegani di kawasan tersebut.
Pusat Pembelajaran dan Penyebaran Agama Buddha
Sriwijaya tidak hanya unggul dalam bidang perdagangan, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha Mahayana yang terkemuka di Asia Tenggara. Banyak pelajar dan biksu dari berbagai negara datang ke Sriwijaya untuk belajar agama dan filsafat Buddha.
Salah satu catatan penting berasal dari I-Tsing, seorang biksu asal Tiongkok yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 M. Dalam catatannya, ia menyebut bahwa Sriwijaya adalah tempat yang ideal untuk belajar bahasa Sanskerta dan ajaran Buddha sebelum melanjutkan studi ke Universitas Nalanda di India. Ia tinggal di Sriwijaya selama beberapa tahun untuk belajar.
Keberadaan pusat-pusat keagamaan seperti wihara dan perguruan tinggi menunjukkan betapa pentingnya peran Sriwijaya dalam perkembangan keagamaan dan intelektual di wilayah Asia Tenggara. Karena itu, Sriwijaya sering dijuluki sebagai “Universitas Buddha” pada zamannya.
Hubungan Diplomatik dan Budaya Internasional
Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik yang erat dengan kerajaan-kerajaan besar seperti Dinasti Tang di Tiongkok, Kerajaan Chola di India Selatan, dan beberapa kerajaan di Asia Tenggara. Hubungan ini diperkuat dengan pertukaran utusan, hadiah, serta misi keagamaan dan pendidikan.
Kerajaan ini dikenal bijaksana dalam membangun koalisi politik demi memperkuat posisi strategisnya di jalur perdagangan internasional. Pengaruh budaya India sangat kuat di Sriwijaya, terlihat dari penggunaan bahasa Sanskerta dalam prasasti dan sistem pemerintahan yang mengikuti pola kerajaan Hindu-Buddha.
Masa Kejayaan dan Wilayah Kekuasaan
Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada abad ke-8 hingga ke-10. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Sumatra, Semenanjung Melayu, hingga Kalimantan Barat dan bagian dari Jawa. Bahkan beberapa wilayah di Thailand Selatan dan Kamboja pernah berada di bawah pengaruh Sriwijaya.
Dengan menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda, Sriwijaya memiliki kendali mutlak atas dua jalur laut utama dunia pada masa itu. Keberhasilan ini membuat kerajaan menjadi sangat makmur dan dihormati.
Kemunduran dan Runtuhnya Sriwijaya
Namun, kejayaan Sriwijaya tidak bertahan selamanya. Beberapa faktor menyebabkan kemunduran kerajaan ini. Salah satunya adalah serangan dari Kerajaan Chola di India pada tahun 1025 M. Serangan ini melemahkan militer dan ekonomi Sriwijaya secara signifikan.
Selain itu, munculnya kerajaan-kerajaan pesaing seperti Kerajaan Melayu di Jambi dan Kerajaan Majapahit di Jawa turut mempercepat runtuhnya pengaruh Sriwijaya. Perlahan-lahan, Sriwijaya kehilangan kendali atas jalur perdagangan dan wilayah kekuasaannya. Pada abad ke-13, nama Sriwijaya mulai menghilang dari catatan sejarah, dan wilayahnya akhirnya dikuasai oleh kerajaan-kerajaan lain.
Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Beberapa peninggalan penting dari Kerajaan Sriwijaya antara lain:
- Prasasti Kedukan Bukit (682 M): Menceritakan ekspedisi Dapunta Hyang.
- Prasasti Talang Tuo: Berisi doa dan harapan untuk kesejahteraan rakyat.
- Candi Muara Takus (Riau): Diduga merupakan pusat keagamaan Buddha Sriwijaya.
- Prasasti Ligor (775 M): Menunjukkan pengaruh Sriwijaya di Semenanjung Melayu.
- Catatan I-Tsing: Sumber sejarah penting mengenai kehidupan keagamaan dan pendidikan di Sriwijaya.
Warisan Budaya dan Pengaruh Sriwijaya
Hingga saat ini, warisan budaya Kerajaan Sriwijaya pusat maritim masih dapat dirasakan di wilayah Sumatra Selatan. Kota Palembang dijuluki sebagai “Kota Sriwijaya” dan menjadi pusat studi sejarah dan arkeologi kerajaan tersebut. Bahkan, nama “Sriwijaya” digunakan untuk menamai universitas, maskapai penerbangan, hingga stadion olahraga sebagai bentuk penghormatan terhadap kejayaan masa lalu.
Sriwijaya juga dikenang sebagai contoh kerajaan yang mampu memadukan kekuatan militer, perdagangan, dan kebudayaan secara harmonis. Peranannya dalam menyebarkan agama Buddha dan membangun jaringan perdagangan lintas negara menjadikannya simbol kejayaan nusantara pada masa lampau.
Baca juga: Peran VOC dan Hindia Belanda dalam 350 Tahun Kolonialisme di Indonesia
Kesimpulan
Kerajaan Sriwijaya adalah bukti kejayaan peradaban Nusantara dalam mengelola perdagangan, kekuasaan maritim, dan penyebaran agama. Berkat strategi politik dan pengaruh budayanya, Sriwijaya mampu menjelma sebagai kerajaan internasional yang dihormati oleh bangsa-bangsa besar dunia.
Memahami sejarah Kerajaan Sriwijaya pusat maritim bukan hanya penting untuk mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai inspirasi untuk membangun bangsa yang kuat melalui kolaborasi budaya, pendidikan, dan perdagangan.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa yang membuat Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim?
Karena Sriwijaya menguasai jalur perdagangan laut utama di Asia Tenggara dan memiliki armada laut yang kuat untuk menjaga kepentingan dagang.
2. Apa agama utama di Kerajaan Sriwijaya?
Agama utama adalah Buddha Mahayana, dan kerajaan ini menjadi pusat studi Buddha yang terkenal di Asia.
3. Siapa tokoh penting dalam sejarah Sriwijaya?
Dapunta Hyang Sri Jayanasa adalah pendiri kerajaan yang disebut dalam Prasasti Kedukan Bukit.
4. Mengapa Sriwijaya runtuh?
Beberapa penyebabnya adalah serangan dari Kerajaan Chola, munculnya kerajaan pesaing, dan melemahnya kekuatan ekonomi dan militer.
5. Apa peninggalan Sriwijaya yang masih ada hingga kini?
Beberapa prasasti, situs candi seperti Muara Takus, serta catatan sejarah dari luar negeri seperti tulisan I-Tsing.
Referensi
- Coedès, George. The Indianized States of Southeast Asia. University of Hawaii Press, 1968.
- Slamet Muljana. Sriwijaya. Jakarta: LKiS, 2006.
- Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia Since c. 1300. Stanford University Press, 1993.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- https://www.perpusnas.go.id
- https://www.britannica.com/place/Srivijaya-empire
- https://repositori.kemdikbud.go.id