Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang memainkan peranan penting dalam sejarah Nusantara, terutama pada abad ke-13. Didirikan oleh Ken Arok, Kejayaan Kerajaan Singasari bukan hanya dikenal karena kisah heroik pendiriannya, tetapi juga karena kejayaan politik, kekuatan militernya, serta warisan budaya dan ekspansi wilayahnya yang luas di Asia Tenggara.
Puncak kejayaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, yang ambisius dalam memperluas pengaruh kerajaan hingga ke luar pulau Jawa. Artikel ini membahas asal-usul, kejayaan politik, ekspansi wilayah, hingga warisan budaya dan politik yang ditinggalkan Singasari bagi Nusantara.
Asal Usul dan Pendiri Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari berdiri pada tahun 1222 M di Tumapel (sekarang sekitar Kota Malang, Jawa Timur). Pendiri kerajaan ini adalah Ken Arok, seorang tokoh legendaris yang naik dari rakyat biasa menjadi penguasa berkat kecerdikan dan strategi politiknya.
Menurut Pararaton, Ken Arok berhasil mengalahkan Raja Kertajaya dari Kerajaan Kediri dalam Pertempuran Ganter. Setelah kemenangan itu, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari dan memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dengan gelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Silsilah Raja-Raja Singasari
Kerajaan Singasari diperintah oleh lima raja utama, yaitu:
- Ken Arok (1222–1247 M) – Pendiri Singasari, terkenal karena legitimasi kekuasaan melalui pernikahan dan kekuatan militer.
- Anusapati (1247–1249 M) – Putra Tunggul Ametung, membalas dendam atas kematian ayahnya.
- Tohjaya (1249–1250 M) – Putra Ken Arok, memerintah singkat setelah membunuh Anusapati.
- Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1250–1268 M) – Masa damai dan konsolidasi kerajaan.
- Kertanegara (1268–1292 M) – Raja terbesar dan terakhir Singasari, dikenal karena ekspansi luar Jawa dan reformasi keagamaan.
Kertanegara: Raja Visioner dan Ekspansi Wilayah
Puncak kejayaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan Kertanegara, raja terakhir yang memiliki visi besar untuk menyatukan wilayah Nusantara dan menghadang pengaruh Dinasti Yuan dari Tiongkok.
Ekspedisi Pamalayu (1275 M)
Kertanegara mengirim Ekspedisi Pamalayu ke Sumatra untuk menaklukkan Kerajaan Melayu dan memperluas pengaruh Singasari di barat Nusantara. Ekspedisi ini juga dimaksudkan sebagai upaya diplomasi dan penguatan jaringan maritim menghadapi ancaman invasi Mongol dari utara.
Hasil ekspedisi ini menegaskan kekuasaan Singasari atas wilayah Sumatra bagian timur dan mempererat hubungan dengan kerajaan-kerajaan di sepanjang Selat Malaka.
Ekspansi ke Bali, Kalimantan, hingga Semenanjung Malaya
Selain Sumatra, ekspansi Singasari meluas ke Bali, Kalimantan Barat, dan sebagian Semenanjung Malaya. Ini memperlihatkan betapa kuatnya armada laut dan jaringan dagang Singasari di bawah kepemimpinan Kertanegara.
Kebijakan Keagamaan dan Budaya
Kerajaan Singasari menggabungkan dua sistem kepercayaan besar, yakni Hinduisme (terutama aliran Siwa) dan Buddhisme Tantrayana. Kertanegara dikenal sebagai tokoh pembaru yang mendorong sinkretisme agama melalui konsep Siwa-Buddha, yaitu pemujaan kepada dewa tertinggi yang merupakan perpaduan Siwa dan Buddha.
Arsitektur dan Seni Peninggalan
Singasari juga meninggalkan berbagai peninggalan budaya berupa candi dan arca, antara lain:
- Candi Singasari di Malang – tempat pemujaan sekaligus makam Raja Kertanegara.
- Arca Joko Dolog – dipercaya sebagai perwujudan Kertanegara dalam bentuk Buddha Mahaksobhya.
- Candi Jawi dan Candi Jago – mencerminkan seni arsitektur dengan unsur Hindu-Buddha yang berpadu harmonis.
Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Singasari berkembang sebagai kerajaan agraris dan maritim. Perekonomian bertumpu pada:
- Pertanian, terutama padi di dataran tinggi Jawa Timur.
- Perdagangan, karena posisi strategis Tumapel yang dekat jalur laut utama.
- Hubungan diplomatik dan dagang dengan Tiongkok, India, dan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara.
Kehidupan sosial masyarakat Singasari berlapis, terdiri dari bangsawan, brahmana (pendeta), waisya (pedagang), dan sudra (rakyat biasa). Peran para cendekia dan pendeta sangat penting dalam mendukung pemerintahan dan pengembangan budaya.
Baca juga: Sistem Pemerintahan Kolonial Belanda: Bagaimana Mereka Menguasai Indonesia Selama 350 Tahun?
Keruntuhan Singasari dan Awal Majapahit
Keruntuhan Singasari terjadi pada tahun 1292 M akibat serangan mendadak dari Jayakatwang, raja Kediri yang merasa terancam oleh kekuasaan Kertanegara. Jayakatwang memanfaatkan ketidakhadiran pasukan utama Singasari yang sedang berada di Sumatra (Ekspedisi Pamalayu), dan menyerbu istana. Kertanegara tewas dalam serangan ini.
Namun, keruntuhan Singasari bukanlah akhir dari kejayaan Jawa. Seorang pemuda dari keturunan bangsawan Singasari bernama Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil melarikan diri dan kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1293 M, dengan bantuan pasukan Mongol yang justru ia tipu dan kalahkan.
Dengan demikian, Singasari menjadi jembatan penting menuju era kejayaan yang lebih besar, yakni Majapahit.
Warisan Politik dan Budaya Singasari
Warisan utama Singasari meliputi:
1. Model Pemerintahan
Singasari meninggalkan sistem birokrasi yang stabil, menggabungkan kekuatan militer, spiritual, dan diplomasi.
2. Konsep Mandala Politik
Kertanegara mengembangkan konsep kekuasaan mandala, yaitu memperluas pengaruh melalui jaringan kerajaan bawahan dan hubungan simbolik, bukan dominasi langsung.
3. Sinkretisme Agama
Penggabungan Hindu dan Buddha menjadi ciri khas keagamaan Nusantara yang berpengaruh hingga zaman Majapahit bahkan hingga budaya Jawa modern.
4. Strategi Ekspansi dan Pertahanan Maritim
Singasari memperkenalkan strategi politik ekspansi melalui diplomasi dan ekspedisi militer yang diteruskan Majapahit.
Kesimpulan
Kejayaan Kerajaan Singasari, meski tidak berlangsung lama, meninggalkan warisan besar dalam sejarah Nusantara. Di bawah Ken Arok hingga Kertanegara, Singasari menjadi kerajaan yang kuat, ekspansif, dan berpandangan jauh ke depan.
Ekspedisi Pamalayu, konsep Siwa-Buddha, serta jaringan perdagangan maritim menjadi ciri khas Singasari yang kemudian diwarisi oleh Majapahit. Singasari membuktikan bahwa politik yang kuat harus disertai dengan visi kebudayaan dan keagamaan yang inklusif serta strategi ekspansi yang cerdas.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Siapa pendiri Kerajaan Singasari?
Pendiri Singasari adalah Ken Arok, yang mendirikan kerajaan setelah mengalahkan Kerajaan Kediri dalam Pertempuran Ganter pada tahun 1222 M.
2. Siapa raja terbesar Singasari?
Kertanegara adalah raja terbesar Singasari, dikenal karena ekspansi wilayah melalui Ekspedisi Pamalayu dan penyatuan aliran Hindu-Buddha.
3. Apa tujuan Ekspedisi Pamalayu?
Tujuannya adalah memperluas pengaruh politik Singasari ke Sumatra dan menghadang ancaman Mongol dari Tiongkok.
4. Mengapa Kerajaan Singasari runtuh?
Kerajaan Singasari runtuh pada tahun 1292 akibat serangan Jayakatwang dari Kediri ketika pasukan utama Singasari sedang menjalankan ekspedisi ke Sumatra.
5. Apa warisan utama Singasari bagi Nusantara?
Warisan Singasari meliputi sinkretisme agama, strategi ekspansi wilayah, peninggalan seni dan candi, serta konsep pemerintahan yang diwarisi Majapahit.
Referensi
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- https://www.perpusnas.go.id
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II.
- Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Singhasari dan Majapahit
- Zoetmulder, P.J. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang
- https://www.indonesia.go.id/profil/sejarah/kerajaan-singasari