Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang terkenal dengan kemajuan dalam bidang sastra dan budaya. Berdiri pada abad ke-11 hingga ke-13 Masehi, kerajaan ini berpusat di wilayah Jawa Timur, tepatnya di sekitar Kediri dan sekitarnya sekarang. Sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Kediri dan Puncak Keemasan Sastra Jawa Kuno.
Masa pemerintahan Kediri, terutama di bawah Raja Jayabaya dan Raja Kertajaya, dikenal sebagai puncak keemasan sastra Jawa Kuno. Berbagai karya sastra agung yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta lahir pada masa ini, menjadikan Kediri sebagai pusat intelektual dan kebudayaan yang penting di era klasik Indonesia.
Artikel ini membahas sejarah Kerajaan Kediri, tokoh-tokohnya, pencapaian di bidang sastra, dan warisan budaya yang ditinggalkannya untuk peradaban Nusantara.
Asal Usul dan Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang (Mataram Kuno) yang sebelumnya berpusat di Jawa Tengah. Setelah Raja Airlangga memerintah dan berhasil menyatukan kembali wilayah Jawa Timur pada awal abad ke-11, ia memutuskan untuk membagi kerajaannya menjadi dua pada tahun 1045 demi menghindari konflik pewaris.
Pembagian itu menghasilkan dua kerajaan: Panjalu (Kediri) dan Janggala. Kediri menjadi kerajaan yang lebih dominan dan berkembang pesat di bawah raja-raja yang kuat, seperti Jayabaya, Kameswara, dan Kertajaya.
Nama “Kediri” berasal dari kata “Kadiri” atau “Dhaḍi”, yang berarti tempat menjadi atau tumbuh. Ini melambangkan perkembangan budaya dan peradaban di kerajaan tersebut.
Letak Geografis dan Wilayah Kekuasaan
Kerajaan Kediri berpusat di tepi Sungai Brantas, wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Kediri, Jawa Timur. Sungai Brantas menjadi jalur perdagangan penting yang menghubungkan Kediri dengan wilayah pesisir utara Jawa dan luar negeri, seperti India dan Tiongkok.
Wilayah kekuasaan Kediri meliputi sebagian besar Jawa Timur dan bagian barat Jawa Tengah. Kekuasaannya juga menjangkau wilayah luar melalui jaringan perdagangan dan pengaruh kebudayaan.
Pemerintahan dan Kehidupan Politik
Sistem pemerintahan Kerajaan Kediri berbentuk monarki, dengan raja sebagai penguasa absolut dan simbol keagamaan. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa, dan legitimasi kekuasaan diperkuat oleh konsep dharmaraja (raja pelindung dharma).
Raja Jayabaya adalah tokoh paling terkenal yang dikenal bukan hanya sebagai pemimpin politik, tetapi juga spiritual. Ia dikagumi karena ramalannya yang terkenal, yaitu Jangka Jayabaya, yang meramalkan masa depan Jawa.
Pemerintahan Kediri juga menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain melalui pernikahan politik dan diplomasi, serta menjaga kestabilan dalam negeri dengan menerapkan hukum dan etika Hindu.
Puncak Keemasan Sastra Jawa Kuno
Salah satu pencapaian terbesar Kerajaan Kediri adalah kemajuan luar biasa dalam bidang sastra. Masa ini dikenal sebagai zaman keemasan sastra Jawa Kuno, yang menghasilkan karya-karya besar yang masih dikenal hingga kini.
1. Kakawin Bharatayuddha
Karya ini ditulis oleh Empu Sedah dan diselesaikan oleh Empu Panuluh pada masa pemerintahan Raja Jayabaya. Kakawin Bharatayuddha adalah adaptasi dari wiracarita Mahabharata dalam bentuk puisi berbahasa Jawa Kuno. Isinya menggambarkan perang antara Pandawa dan Kurawa dengan nuansa lokal.
Karya ini bukan hanya epos sastra, tapi juga sebagai legitimasi politik, karena menggambarkan Jayabaya sebagai perwujudan tokoh Pandawa yang adil.
2. Gatotkacasraya dan Hariwangsa
Ditulis oleh Empu Panuluh, dua karya ini mengangkat cerita pewayangan dan dewa-dewa dalam agama Hindu. Selain memperkaya budaya Jawa, karya-karya ini menjadi pondasi penting dalam kesenian wayang kulit yang berkembang pesat.
3. Smaradahana
Karya ini ditulis oleh Empu Dharmaja pada masa Raja Kameswara. Smaradahana bercerita tentang kisah cinta Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih. Karya ini menjadi cikal bakal cerita panji yang berkembang luas di Jawa, Bali, hingga Asia Tenggara.
Agama dan Kehidupan Spiritual
Agama yang dianut di Kerajaan Kediri adalah Hinduisme, terutama aliran Siwaisme. Selain itu, pengaruh Buddha Mahayana juga cukup kuat. Hal ini terlihat dari berbagai arca dan candi yang ditemukan di wilayah Kediri dan sekitarnya.
Upacara keagamaan dilakukan secara besar-besaran dan menjadi bagian penting dalam struktur sosial. Kaum Brahmana memiliki posisi terhormat sebagai pendeta dan penasihat raja.
Kediri juga menjadi pusat ziarah spiritual. Banyak pertapaan dan tempat suci yang digunakan oleh para empu dan pertapa untuk menulis karya sastra dan melakukan meditasi.
Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Kediri memiliki kehidupan ekonomi yang maju, didukung oleh letak geografisnya yang strategis. Sungai Brantas menjadi jalur perdagangan utama, dan pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara Jawa menjadi titik ekspor barang ke luar negeri.
Komoditas utama Kediri antara lain beras, rempah-rempah, emas, kain, dan kayu. Hubungan dagang terjalin dengan India, Tiongkok, hingga wilayah Asia Tenggara lainnya.
Masyarakat Kediri terbagi dalam beberapa lapisan sosial: bangsawan (ksatria), pendeta (brahmana), pedagang dan petani (waisya), serta rakyat biasa (sudra). Struktur sosial ini mendukung kestabilan politik dan perkembangan budaya.
Keruntuhan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Raja Kertajaya. Ketegangan antara raja dan kaum Brahmana memuncak, karena Kertajaya dianggap melanggar tatanan keagamaan dengan mencoba mencampuri urusan spiritual.
Kaum Brahmana kemudian meminta perlindungan kepada Ken Arok, penguasa Tumapel (cikal bakal Kerajaan Singhasari). Pada tahun 1222, dalam Pertempuran Ganter, pasukan Tumapel berhasil mengalahkan Kediri, dan Kertajaya gugur. Ini menandai berakhirnya Kerajaan Kediri dan berdirinya Kerajaan Singhasari.
Baca juga: Perlawanan Rakyat Indonesia Selama 350 Tahun Penjajahan Belanda
Warisan dan Pengaruh Kerajaan Kediri
Warisan Kerajaan Kediri sangat besar, terutama dalam bidang:
- Sastra dan bahasa: Kakawin dan karya sastra lainnya menjadi dasar sastra Jawa dan Bali.
- Wayang dan kesenian: Kisah pewayangan dari Kakawin menjadi naskah dasar pertunjukan wayang kulit.
- Kebudayaan Hindu-Buddha: Nilai-nilai spiritual dan etika Hindu yang dijalankan di Kediri menjadi pondasi budaya Jawa hingga kini.
- Pemikiran politik dan ramalan Jayabaya: Masih banyak dipercaya dan dikaji hingga masa modern.
Kesimpulan
Kerajaan Kediri dan Puncak Keemasan Sastra Jawa Kuno. Kerajaan Kediri bukan hanya kerajaan Hindu di masa klasik, tetapi juga mercusuar kebudayaan yang melahirkan puncak keemasan sastra Jawa Kuno. Di bawah kepemimpinan raja-raja seperti Jayabaya dan Kameswara, Kediri menjadi pusat politik, ekonomi, dan budaya yang sangat berpengaruh di Nusantara.
Meskipun telah runtuh, warisan sastra, budaya, dan spiritual Kerajaan Kediri tetap hidup dan menjadi bagian penting dari identitas kebudayaan Indonesia hingga kini.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa yang membuat Kerajaan Kediri terkenal?
Kerajaan Kediri terkenal karena menjadi pusat sastra Jawa Kuno dan menghasilkan karya-karya besar seperti Kakawin Bharatayuddha.
2. Siapa raja terbesar Kediri?
Raja Jayabaya dikenal sebagai raja terbesar Kediri. Ia dihormati karena kepemimpinan bijak dan ramalannya yang terkenal, Jangka Jayabaya.
3. Kapan Kediri berdiri dan runtuh?
Kediri berdiri sekitar tahun 1045 M setelah pembagian Kerajaan Airlangga dan runtuh pada tahun 1222 M setelah dikalahkan oleh Ken Arok dari Tumapel.
4. Apa saja karya sastra yang lahir pada masa Kediri?
Beberapa karya besar yang lahir di Kediri adalah Kakawin Bharatayuddha, Gatotkacasraya, Smaradahana, dan Hariwangsa.
5. Bagaimana pengaruh Kediri terhadap budaya Indonesia?
Pengaruh Kediri terlihat dalam sastra, seni pertunjukan (wayang), bahasa, dan nilai-nilai budaya yang masih dilestarikan di Jawa dan Bali.
Referensi
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
- https://www.perpusnas.go.id
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II.
- Zoetmulder, P.J. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang
- Supomo, S. Arjunawiwaha: Karya Sastra dari Masa Kediri
- https://www.indonesia.go.id/profil/sejarah/kerajaan-kediri