Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan Hindu yang pernah berjaya di tanah Jawa pada abad ke-11 hingga awal abad ke-13 Masehi. Kerajaan ini tidak hanya dikenal karena kemakmuran ekonominya, tetapi juga karena pencapaian budayanya yang luar biasa. Salah satu aspek yang memperkuat eksistensi dan kejayaan Kerajaan Kediri adalah banyaknya peninggalan Kerajaan Kediri yang dapat kita temukan hingga kini.
Peninggalan tersebut meliputi candi, prasasti, dan karya sastra yang menjadi bukti nyata kemajuan peradaban pada masa itu. Melalui peninggalan-peninggalan ini, kita bisa menelusuri kehidupan masyarakat Kediri, nilai-nilai keagamaan, politik, hingga sistem kebudayaan yang berkembang pesat. Artikel ini akan membahas secara lengkap berbagai peninggalan Kerajaan Kediri dan peran pentingnya dalam sejarah Indonesia.
Letak dan Latar Belakang Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri terletak di wilayah yang kini dikenal sebagai Kediri dan Tulungagung, Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno yang dibagi dua oleh Raja Airlangga pada tahun 1045 M menjadi Panjalu (Kediri) dan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai masa kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Jayabaya (1135–1157 M), yang dikenal sebagai raja yang bijak dan pelindung seni dan sastra. Dari sinilah banyak peninggalan budaya bermunculan dan tercatat dalam sejarah.
1. Peninggalan Candi dari Kerajaan Kediri
Candi adalah bangunan keagamaan yang dibangun untuk pemujaan dewa-dewi Hindu atau sebagai tempat peristirahatan raja setelah wafat. Meski tidak sebanyak candi dari masa Majapahit atau Mataram Kuno, Kediri tetap memiliki peninggalan arsitektur penting.
a. Candi Tuban
Candi ini terletak di Kabupaten Kediri dan dianggap sebagai salah satu peninggalan dari masa Kerajaan Kediri. Meskipun kondisi candinya tidak utuh, keberadaannya memberikan petunjuk bahwa wilayah tersebut pernah menjadi pusat aktivitas religius.
b. Candi Gurah
Terletak di Desa Gurah, Kediri, candi ini juga diyakini berasal dari masa Kediri. Penemuan arca-arca Hindu di sekitar lokasi memperkuat dugaan bahwa ini merupakan tempat suci pada masa kerajaan.
c. Candi Mirigambar
Candi ini terletak di Tulungagung dan memiliki relief yang menggambarkan cerita-cerita dari epos Ramayana. Candi ini diyakini sebagai salah satu peninggalan penting dari akhir masa Kerajaan Kediri, menunjukkan kuatnya pengaruh Hindu dan budaya India dalam masyarakat Jawa.
2. Peninggalan Prasasti dari Kerajaan Kediri
Prasasti merupakan sumber sejarah penting yang memberikan informasi mengenai pemerintahan, struktur sosial, dan kehidupan masyarakat pada masa lalu. Kerajaan Kediri meninggalkan banyak prasasti berbahasa dan beraksara Jawa Kuno yang tersebar di berbagai daerah.
a. Prasasti Sirah Keting (1104 M)
Prasasti ini merupakan salah satu prasasti tertua dari masa Kediri, dikeluarkan oleh Raja Sri Jayawarsa. Prasasti ini menyebutkan pemberian tanah sima (tanah bebas pajak) kepada pendeta sebagai bentuk penghormatan.
b. Prasasti Ngantang (1135 M)
Dikeluarkan oleh Raja Jayabaya, prasasti ini menyebutkan pemberian tanah sima kepada rakyat yang berjasa. Prasasti ini juga menggambarkan sifat raja yang adil dan dekat dengan rakyat.
c. Prasasti Jaring (1181 M)
Dikeluarkan oleh Raja Kertajaya, prasasti ini menceritakan tentang penetapan desa sebagai daerah sima, dan mengandung informasi penting tentang sistem administrasi pada masa Kediri.
d. Prasasti Kamulan
Prasasti ini penting karena menyebutkan nama Airlangga, serta pembagian kerajaan menjadi dua, yang kemudian melahirkan Kediri. Ini menjadi salah satu bukti kesinambungan sejarah dari Mataram Kuno ke Kediri.
3. Karya Sastra dari Kerajaan Kediri
Kediri dikenal sebagai salah satu kerajaan yang sangat maju dalam bidang sastra. Dukungan raja terhadap para pujangga menyebabkan munculnya karya-karya sastra monumental yang masih dikenal hingga saat ini.
a. Kakawin Bharatayudha
Ditulis oleh Mpu Sedah dan dilanjutkan oleh Mpu Panuluh pada masa Raja Jayabaya, Kakawin Bharatayudha merupakan adaptasi dari kisah Mahabharata. Kakawin ini menjadi simbol kejayaan budaya Jawa dan legitimasi kekuasaan raja sebagai penjaga dharma (kebenaran).
b. Smaradhahana
Karya Mpu Dharmaja ini berisi kisah cinta dewa Kama dan Ratih. Kakawin ini juga menyebut Jayabaya sebagai raja besar yang dilindungi oleh dewa. Smaradhahana menjadi dasar cerita dalam legenda kelahiran raja-raja besar seperti Ken Arok.
c. Kresnayana dan Hariwangsa
Kedua kakawin ini juga ditulis oleh Mpu Panuluh dan menceritakan kisah dewa Kresna. Dalam kedua karya ini, nilai-nilai moral, kepemimpinan, dan cinta kasih disampaikan dengan sangat indah.
d. Kitab Pustaka Ramalan Jayabaya
Meski lebih bersifat mitologis dan ditulis setelah masa Jayabaya, kitab ini berisi ramalan-ramalan yang dipercaya berasal dari Raja Jayabaya. Ramalan ini banyak dipercayai masyarakat Jawa hingga kini.
Baca juga: Sejarah 350 Tahun Penjajahan Belanda di Indonesia: Dari Awal Kedatangan hingga Kemerdekaan
Peran Peninggalan dalam Memahami Sejarah Kediri
Peninggalan-peninggalan tersebut tidak hanya menjadi bukti arkeologis, tetapi juga memiliki peran penting dalam:
- Menjelaskan struktur pemerintahan: Prasasti memberikan informasi soal administrasi, pajak, dan pengelolaan desa.
- Memahami kehidupan religius: Candi dan arca menggambarkan kepercayaan masyarakat terhadap Hindu Siwaisme.
- Melestarikan budaya dan sastra: Kakawin dari masa Kediri menjadi fondasi sastra Jawa yang diwariskan hingga masa Majapahit dan Mataram Islam.
Upaya Pelestarian Peninggalan Kediri
Sejumlah upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menjaga peninggalan sejarah Kediri:
- Pelestarian candi dan situs arkeologi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
- Digitalisasi naskah kuno, termasuk kakawin dan prasasti.
- Pendidikan sejarah di sekolah agar generasi muda mengenal warisan budaya bangsanya.
Namun demikian, masih banyak situs dan artefak dari masa Kediri yang belum tergali secara maksimal, menunggu penelitian lebih lanjut dari para arkeolog dan sejarawan.
Kesimpulan
Peninggalan Kerajaan Kediri berupa candi, prasasti, dan karya sastra merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Peninggalan ini membuktikan tingginya peradaban yang pernah dimiliki oleh masyarakat Jawa pada masa klasik.
Candi-candi di Kediri menjadi saksi bisu aktivitas religius dan kekuasaan spiritual masa lampau. Prasasti-prasasti memberikan informasi konkret mengenai administrasi kerajaan, dan karya-karya sastra menunjukkan kemajuan pemikiran, estetika, dan nilai-nilai budaya tinggi yang telah tumbuh dan berkembang pesat.
Melestarikan dan mempelajari peninggalan-peninggalan ini bukan hanya tugas sejarawan dan arkeolog, tetapi juga tanggung jawab kita bersama sebagai warga bangsa yang menghargai sejarah dan kebudayaan.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa saja peninggalan Kerajaan Kediri yang masih bisa dilihat hingga kini?
Beberapa peninggalan fisik seperti Candi Gurah, Candi Mirigambar, serta berbagai prasasti seperti Prasasti Sirah Keting dan Prasasti Ngantang masih bisa ditemukan di wilayah Jawa Timur.
2. Apa karya sastra paling terkenal dari Kerajaan Kediri?
Karya sastra paling terkenal adalah Kakawin Bharatayudha, ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
3. Mengapa Kakawin Bharatayudha penting?
Karena menggambarkan nilai-nilai moral dan politik serta menjadi simbol keagungan budaya Kediri, sekaligus alat legitimasi kekuasaan Raja Jayabaya.
4. Apakah masih ada penelitian tentang Kerajaan Kediri saat ini?
Ya, hingga kini masih banyak arkeolog dan sejarawan yang meneliti situs-situs dan naskah peninggalan Kediri untuk memperkaya pemahaman kita tentang sejarah nusantara.
5. Bagaimana cara melestarikan peninggalan sejarah Kerajaan Kediri?
Melalui pelestarian situs, digitalisasi naskah kuno, pendidikan sejarah, serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya warisan budaya.
Referensi
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
- Zoetmulder, P.J. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.
- BPCB Jawa Timur – https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/
- Badan Bahasa Kemendikbud – https://badanbahasa.kemdikbud.go.id
- Widodo, Joko. (2020). Jejak Peradaban Jawa Kuno. Yogyakarta: Ombak.