IPS Kelas 10Sosiologi

Proses-proses verbal merupakan alat utama pertukaran pikiran dan gagasan

ADVERTISEMENT

Proses-proses verbal merupakan alat utama pertukaran pikiran dan gagasan, namun proses-proses ini sering dapat diganti oleh proses-roses non-verbal. Walaupun tidak terdapat kesepakatan tentang bidang proses nonverbal ini/kebanyakan ahli setuju bahwa hal-hal berikut termasuk dalam proses non-verbal dalam komunikasi: isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur dan gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, ruang, waktu, dan suara. 

Proses non-verbal yang relevan dengan komunikasi antar budaya meliputi tiga aspek: perilaku non-verbal yang berfungsi sebagai bentuk bahasa diam, konsep waktu, dan penggunaan dan pengaturan ruang. 

Perilaku Non-verbal

Proses-proses verbal merupakan alat utama pertukaran pikiran dan gagasan, aktivitas manusia yang merupakan perilaku non-verbal sangat banyak. Satu atau dua contoh kiranya memungkinkan kita untuk menggambarkan bagaimana isu-isu non-verbal ini relevan dengan komunikasi antar budaya. Sentuhan sebagai bentuk komunikasi dapat menunjukkan bagaimana komunikasi non-verbal merupakan suatu produk budaya.

Di Jerman kaum wanita seperti juga kaum lelakinya biasa berjabatan tangan dalam pergaulan sosial; di Amerika Serikat kaum wanita jarang berjabatan tangan. Di Muangthai, orang-orang tidak bersentuhan (berpegangan tangan dengan lawan jenis) di tempat umum, dan memegang kepala seseorang merupakan suatu pelanggaran sosial.

Apa yang akan terjadi bila orang tidak memahami perbedaan-perbedaan tersebut. Contoh lain misalnya adalah kontak mata. Di Amerika Serikat orang dianjurkan untuk mengadakan kontak mata ketika berkomunikasi.

Di Jepang kontak mata seringkali tidak penting. Beberapa suku Indian Amerika mengajari anak-anak mereka bahwa kontak mata dengan orang yang lebih tua merupakan tanda kekurang sopan. 

Sebagai suatu komponen budaya, ekspresi non-verbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa. Keduanya merupakan sistem penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai bagian pengalaman budaya.

Sebagaimana telah dipahami bahwa kata stop dapat berarti berhenti, kita pun telah mempelajari bahwa lengan yang diangkat lurus di udara dengan telapak tangan menghadap ke muka sering berarti hal yang sama. Karena kebanyakan komunikasi non-verbal berlandaskan budaya, apa yang dilambangkannya seringkali merupakan hal yang telah budaya sebarkan kepada anggota-anggotanya.

Misalnya lambang nonverbal untuk bunuh diri berbeda-beda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Di Amerika serikat hal itu dilambangkan dengan jari yang diarahkan ke pelipis, di Jepang dilambangkan dengan tangan yang diarahkan ke perut, dan di New Guinea dilambangkan dengan tangan pada leher.

Lambang-lambang non-verbal dan respons-respons yang ditimbulkan lambang-lambang tersebut merupakan bagian dari pengalaman budaya-apa yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. 

Setiap lambang memiliki makna karena orang mempunyai pengalaman lalu tentang lambang tersebut. Budaya mempengaruhi dan mengarahkan pengalaman-pengalaman tersebut, dan oleh karenanya budaya juga mempengaruhi dan mengarahkan kita: bagaimana kita mengirim, menerima, dan merespons lambang-lambang non-verbal tersebut. 

Setiap lambang memiliki makna karena orang mempunyai pengalaman (ilustrasi foto/KoinWorks)

Konsep Waktu 

Konsep waktu suatu budaya merupakan filsafatnya tentang masa lalu, masa sekarang, masa depan, dan pentingnya atau kurang pentingnya waktu. Kebanyakan budaya Barat memandang waktu sebagai langsung dan berhubungan dengan ruang dan tempat. Manusia terikat oleh waktu dan sadar akan adanya masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. 

Dalam budaya Amerika dominan bahkan kita pun menemukan kelompok-kelompok yang rnempersepsi waktu dengan cara yang aneh bagi orang-orang asing. Orang-orang Amerika keturunan Meksiko menggunakan istilah “waktu Meksiko” (Chicano Time) untuk menyebut waktu mereka yang berbeda dengan konsep waktu yang dominan di negara itu.

Baca juga Dimensi-dimensi Pendidikan Multikultural

Kelompok berkulit hitam pun menggunakan istilah “waktu orang-orang hitam” (black people’s time) yang berarti bahwa prioritas diberikan kepada apa yang sedang terjadi pada saat itu. 

Waktu merupakan komponen budaya yang penting. Terdapat banyak perbedaan mengenai konsep ini antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya dan perbedaan-perbedaan tersebut mempengaruhi komunikasi. 

ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button