IPS Kelas 8Sosiologi

Perilaku Menyimpang akibat Tuntutan Kebutuhan

Perilaku Menyimpang akibat Tuntutan Kebutuhan. Perilaku menyimpang banyak dipengaruhi oleh tuntutan kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan ekonomi, budaya, sosial, dan politis.

Tuntutan kebutuhan ini akan membawa seseorang dalam kondisi terpaksa dan melegalkan segala macam tindakan untuk memenuhi kebutuhannya. Akibatnya, norma sosial tidak lagi dianggap sebagai norma kesepakatan, tetapi halangan untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh, orang yang mencuri untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tidak mendapatkan pekerjaan.

Contoh lain adalah karena tuntutan gengsi sosial, seorang pejabat tinggi melakukan korupsi. Tuntutan untuk mencukupi kebutuhan menjadi alasan seseorang melakukan perlawanan nilai dan tatanan sosial. Nilai dan tatanan sosial itu telah dibuat dan disepakati, baik antarmasyarakat maupun antarmasyarakat dengan negara.

Perilaku seperti di atas merupakan bagian dari penyimpangan sosial karena tuntutan kebutuhan. Siapa saja dapat melakukan penyimpangan sosial karena kebutuhan dan tidak berpikir jernih serta menimbang segala sesuatu dengan matang.

Fungsi nilai dan norma masyarakat sebenarnya sangat membantu masyarakat agar tidak menyimpang. Misalnya, jika segala kebutuhan dipahami berdasarkan ukuran kepentingan, hal itu dapat mengurangi angka kriminal akibat penyimpangan sosial. 

Masalah Inkonsistensi

Masalah ini muncul pada saat pelaku sosial (agen sosial) melakukan perilaku yang inkonsisten. Perilaku atau sikap inkonsisten adalah perilaku yang tidak mencerminkan sesuatu yang dipesankan atau dikatakannya kepada orang lain.

Hal ini sering terjadi dalam lingkungan masyarakat yang tidak memahami pentingnya proses teladan dan imitasi. Mari kita ingat pelajaran kelas VII bahwa salah satu hal penting dalam proses sosialisasi adalah imitasi. Imitasi adalah proses seseorang meneladani model perilaku seorang (biasanya panutan) untuk ditiru dan diaplikasikan dalam keseharian.

Proses inkonsistensi muncul karena paradigma bahwa yang terpenting adalah menasihati, sedangkan perilaku pribadi tidak diperhatikan. Paradigma tersebut salah karena hanya akan menimbulkan ketidakpuasan seseorang terhadap pemberi nasihat.

Misalnya, orang tua kita melarang kita menyalakan TV di saat jam belajar. Sebaliknya, di saat yang sama salah satu orang tua kita menonton sinetron. Ketika seorang anak menegur orang tuanya, anak tersebut justru dimarahi dengan banyak alasan pembenaran.

Hal ini akan mendorong anak tidak belajar dan terus mencoba mencari celah untuk menonton TV. Jika hal ini dibiarkan, akan menimbulkan semangat untuk melawan norma yang ditetapkan dalam masyarakat.

Melanggar Norma

Apabila seseorang telah melanggar norma maka ia akan melakukan kejahatan. Jika seseorang melakukan kejahatan maka ia telah melakukan penyimpangan terhadap kesepakatan sosial tentang keamanan dan ketenteraman.

Inkonsistensi skala besar adalah saat kita membaca aturan atau norma di tempat umum yang bertuliskan “Dilarang Merokok”. Di tempat itu juga kita jumpai banyak orang merokok tanpa merasa bersalah dan tanpa rasa malu. Hal inilah yang menyebabkan adanya penyimpangan sosial. Mengapa dapat terjadi penyimpangan sosial dalam skala besar?

Apabila masyarakat terlalu longgar dengan aturan atau norma maka norma tidak memiliki nilai supremasi (nilai keunggulan hukum).

Akibatnya, aturan atau norma tidak lebih sebatas pada tulisan belaka. Artinya, tidak ada kekuatan yang mengikat terhadap aturan itu. Dengan demikian, rakyat akan mudah membuat aturan sendiri dan membenarkannya berdasarkan kepentingan pribadi, bukan kepentingan umum.

Apa yang dapat kita petik dari sikap atau perilaku inskonsisten? Perilaku inkonsisten tidak dapat dibenarkan dalam masyarakat. Nilai yang diperjuangkan dalam norma di masyarakat adalah nilai universal.

Oleh karena itu, seluruh anggota masyarakat harus menaatinya dan konsisten terhadap aturan yang dibuat. Cara termudah untuk menghindari sikap inkonsisten adalah dengan sesedikit mungkin membuat aturan. Aturan yang telah ada hendaknya untuk ditaati agar tercipta nilai supremasi. 

Munculnya Tatanan Baru

Perilaku Menyimpang akibat Tuntutan Kebutuhan. Munculnya tatanan baru dalam masyarakat adalah situasi/ keadaan ketika masyarakat mengalami perubahan secara umum. Perubahan ini disebabkan oleh banyak hal. Misalnya, perubahan nilai karena kemajuan teknologi atau perubahan yang diakibatkan oleh berubahnya sistem dalam masyarakat.

Baca juga Upaya manusia memenuhi kebutuhan kehidupan sangat beragam dan saling tergantung satu sama lain

Sekarang, banyak kita lihat perempuan memakai celana panjang. Bagi orang yang tidak segenerasi, pasti menganggap hal itu aneh dan menyimpang. Mengapa aneh? Karena pada masa tertentu, perempuan hanya menggunakan rok atau model sejenis.

Perubahan nilai karena kemajuan teknologi atau perubahan yang diakibatkan oleh berubahnya sistem dalam masyarakat. (ilustrasi foto/KoinWork)

Artinya, semua yang berhubungan dengan pembaruan nilai pasti akan berdampak pada penyimpangan dalam masyarakat. Apakah penyimpangan itu salah?

Selama tidak melanggar norma kesopanan dan kesusilaan tidak dapat dikatakan salah. Pada dasarnya, penyimpangan sosial ada karena perbedaan pandangan seseorang terhadap suatu hal. Untuk itu, kita harus membuka diri dan terbuka dengan kemajuan zaman agar tidak terjebak paradigma benar-salah.

Membaca Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button