IPS Kelas 7Pelajaran IPSPelajaran SMP

Peninggalan Budaya Masa Islam di Indonesia dalam bentuk karya sastra

ADVERTISEMENT

Karya sastra

Peninggalan Budaya Masa Islam di Indonesia, berdasarkan corak dan isinya karya sastra peninggalan masa Islam di Indonesia ada beberapa jenis, yaitu: berupa, babad, hikayat, suluk, dan syair.

  1. Babad adalah karya sastra berupa cerita berlatar belakang sejarah. Karya ini biasanya berupa cerita semata daripada uraian sejarah yang disertai bukti-bukti dan fakta. Contoh Babad Cirebon, Babad Tanah Jawi, dan Babad Giyanti.
  2. Hikayat adalah karya sastra berupa cerita atau dongeng yang dibuatsebagai pelipur lara atau pembangkit semangat. Contoh Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Raja-Raja Pasai.
  3. Suluk adalah kitab-kitab yang berisi masalah gaib, ramalan tentang hari baik atau buruk, dan makna atau simbol tertentu yang dihadapi manusia. Suluk-suluk tersebut merupakan bagian dari ajaran tasawuf.Suluk merupakan karya sastra tertua peninggalan kesultanan Islam di Indonesia. Contoh Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang, dan Suluk Sukarsa.
  4. Syair adalah puisi lama yang setiap baitnya terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama. Contohnya Syair Perahu dan Syair Si Burung Pingai karya Hamzah Fansuri.

Seni Tari

Peninggalan Budaya Masa Islam, salah satu tarian yang merupakan peninggalan dari masa Islam adalah tari seudati atau tarisaman dari Aceh.Tarian ini dilakukan dengan iringan nyanyian yang sebenarnya adalah selawat atau pujian kepada nabi.

Debus

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten.Dalam kesenian ini, pemain menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Kesenian Debus berawal pada abad ke-16 M, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.

Debus pernah digunakan sebagai sarana untuk memompa semangat juang rakyat Banten melawan Belanda pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Sekaten dan Grebeg

Sekaten merupakan upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw. yang diadakan setiap bulan Rabiul Awwal tahun Hijriyah di Alun-Alun Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dahulu digunakan oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.

Pada perayaan Sekaten, dua gamelan, yaitu gamelan Kyai Nagawilaga dan gamelan Kyai Gunturmadu akan dimainkan secara bersamaan selama 7 (tujuh) hari berturut-turut.

Baca Juga Kesultanan Banten dan Kesultanan Makassar

Puncak perayaan Sekaten ditandai dengan Grebeg Mauludan dengan mengarak sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan, buahbuahan dan sayur-sayuran sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.Perayaan Sekaten dan Grebeg masih dilaksanakan hingga saat ini.

ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button