Ekonomi

Komunikasi visual dalam retailing

ADVERTISEMENT

Komunikasi visual dalam retailing. Komunikasi peritel dengan pelanggannya tidaklah selalu dengan media massa seperti dengan suara di radio, dengan tulisan dan gambar seperti di majalah dan koran, ataupun dengan media suara dan gambar seperti di televisi.

Komunikasi dapat terjadi melalui gambaran visual, layout maupun display produk di dalam toko. Komunikasi visual adalah komunikasi perusahaan ritel atau toko dengan konsumennya melalui wujud fisik, seperti identitas toko, layout dan display maupun in-store communication. 

1. Unsur citra toko

Komunikasi visual dalam retailing. Dengan menerapkan komunikasi visual secara menyeluruh, akan meningkatkan atau menambah citra toko yang lebih baik di mata konsumen. Berikut adalah beberapa unsur dari citra toko, yaitu :

  • Merchandise/produk, seperti harga, kualitas, keragaman kategori, ketersediaan item (warna, ukuran, jenis).
  • Lokasi yang mudah dijangkau, aman, dan berada dalam suatu pusat perbelanjaan atau dekat dengan toko-toko ritel lainnya.
  • Mengutamakan pelayanan pada segmen tertentu yang sesuai dengan karakteristik demografi calon pembeli, seperti para remaja dan dewasa muda, para keluarga atau para ibu rumah tangga kalangan tertentu.
  • Pelayanan, seperti pilihan cara bayar, delivery service, maupun katalog yang dikirimkan ke rumah.
  • Pramuniaga/staf/kasir, seperti perilaku dalam melayani (ramah, sopan, sigap), pengetahuan produk, dan jumlah tenaga yang memadai.
  • Citra kepribadian perusahaan atau toko, seperti lengkap/serba ada dan canggih.
  • Fasilitas, seperti food court, parkir, toilet.
  • Store ambience/atmosfer, seperti dekorasi eksterior yang modern dan anggun, dekorasi interior yang menarik, situasi yang membuat betah (tata warna, musik, pencahayaan), sirkulasi dalam toko yang memudahkan bergerak, layout atau penataan produk, display yang menarik.
  • Promosi, seperti secara teratur melakukan promosi hadiah, memberikan diskon, even khusus, program kupon, program undian berhadiah.

2. Layout toko

Layout atau tata letak berkaitan erat dengan alokasi ruang guna penempatan produk yang dijual. Layout merupakan pemetaan area yang dirancang sebagai tempat menjual suatu produk untuk membantu konsumen berbelanja dan pencarian barang yang akan dibeli. 

Tujuan dari layout adalah untuk mendekatkan produk kepada konsumen agar tersedia dalam tempat dan jumlah yang tepat, untuk kenyamanan atau kemudahan untuk memperoleh produk, dan untuk efisiensi dan efektifitas space yang ada, yaitu pengelompokan berdasarkan group dan sub group.

Sehingga dengan layout yang baik maka dapat diinginkan sasaran yang diharapkan, yaitu :

  • Manfaat kegunaan tempat, kegunaan ini diperoleh konsumen karena dengan produk (layout) dibuat pada tempat yang dapat didatangi konsumen.
  • Manfaat kegunaan waktu, hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa konsumen dapat memperoleh produk pada saat yang diinginkan.
  • Manfaat kegunaan informasi, dengan melakukan promosi dapat untuk menginformasikan produk kepada konsumen, membujuk konsumen agar membeli, dan mengingatkan konsumen agar tidak melupakan produk dan tempatnya (layout).

3. Layout secara umum dibedakan menjadi 2

Secara umum layout dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Lay Out Pola Lurus (grid)

Pada pola grid ini (lihat gambar 8.3), tata letak toko dibuat secara berlajur yang terdiri atas lorong-lorong untuk meletakkan barang yang berdasarkan group maupun sub group. Pola ini banyak digunakan pada minimarket, supermarket maupun hypermarket.

Dengan pola ini diharapkan barang yang bisa dipajang lebih banyak, tapi cukup memberikan keleluasaan bagi pelanggan yang hilir mudik. Yang harus diperhatikan pada pola ini adalah barang-barang mana yang harus ditampilkan di lorong utama.

Pola lurus menguntungkan dalam hal kesan efisien, lebih banyak menampung barang yang didisplay, mempermudah konsumen untuk menghemat waktu belanja, dan control lebih mudah. 

b. Layout Pola Arus Bebas (free flow)

Pada pola freeflow ini (lihat gambar 8.4), barang diletakkan secara mengelompok dengan pola yang memudahkan pelanggan untuk hilir mudik dan memberikan kebebasan pelanggan untuk melihat kelompok-kelompok barang.

Hal yang diharapkan pada pola ini adalah pembelian secara spontan (impulse buying), dapat memberikan lebih banyak pilihan barang dari satu tempat ke tempat lain, dan dapat memberikan kesan bersahabat.

Komunikasi visual dalam retailing (foto/istimewa)
Komunikasi visual dalam retailing (foto/istimewa)

4. Sistem display

Salah satu penentu keberhasilan dalam bisnis ritel adalah cara mendisplay produk dengan benar. Sistem display berkaitan erat dengan jenis barang, ukuran, warna, rasa, kemasan, bentuk penataan, dan seterusnya.

Yang dimaksud dengan display adalah tata letak barang dengan memperhatikan unsur pengelompokan jenis dan kegunaan barang, kerapihan dan keindahan agar terkesan menarik dan mengarahkan konsumen untuk melihat, mendorong, dan memutuskan untuk membeli. 

Tujuan dari sistem display antara lain untuk menciptakan store image, mempermudah pembeli mencari barang, menonjolkan jenis dan merek barang, meningkatkan penjualan, dan memperkenalkan barang baru.

Agar display barang yang dilakukan dapat mencapai tujuan tersebut, maka dalam mendisplay barang harus memperhatikan syarat syarat sebagai berikut : rapi dan bersih, mudah dicari, mudah dilihat, mudah dijangkau, dan aman. 

5. Persiapan display barang

Berikut merupakan aktivitas persiapan mendisplay barang, antara lain bersihkan rak/tempat display dan produk yang akan didisplay, pastikan setiap produk mempunyai barcode, dan pastikan produk tersebut layak jual dan layak konsumsi. Sedangkan cara untuk mendisplay barang dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut :

full display/sesuai program, merek barang menghadap ke depan, artikel tidak terbalik, pengisian barang dari belakang dengan metode FIFO (first in first out) jika perlu turunkan barang di rak terlebih dahulu, rata depan-display mulai dari bibir rak, selalu cek expired date, dan jaga selalu kerapian display barang.

Baca juga Metode penetapan harga jual

6. Jenis-jenis sistem display

Jenis-jenis display yang sering digunakan pada minimarket, supermarket, maupun hypermarket adalah sebagai berikut : 

  • Vertical display, cara display dengan susunan barang tegak dalam rak.
  • Floor display, cara display dengan menggunakan lantai sebagai dasar, tanpa terikat suatu rak tertentu.
  • Merchandising Mix display, cara display untuk menawarkan produk lain kepada konsumen yang berhubungan dengan produk yang baru dibelinya. Display ini menggunakan dua atau lebih produk yang saling berhubungan.
  • Impulse Buying Product display, penempatan display barang pada tempat strategis yang mudah dijangkau pembeli, biasanya berada di daerah dekat kasir (dekat pintu keluar).
  • Ends display, penempatan display yang berada di ujung lorong gondola.
  • Special display, cara display barang secara khusus yang biasanya digunakan untuk barang musiman atau untuk barang-barang yang dijual secara obral.
  • Island display, penempatan display barang secara terpisah yang digunakan untuk menarik perhatian konsumen.
  • Cut Cases display, cara display barang tanpa gondola, melainkan menggunakan kotak/karton kemasan besar dipotong sedemikian rupa dan disusun dengan rapi.
  • Jumbled display, penempatan display barang secara berkumpul dan sembarangan, biasanya digunakan untuk barang yang tidak mudah rusak/pecah.
  • Multi Product display, penempatan display barang yang diberi harga promosi (bukan obral) dan ditempatkan secara bersama sama dengan barang lain yang juga promosi.

ADVERTISEMENT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button