IPS Kelas 10Sejarah

Jenderal Tojo Hideki menolak penggunaan lagu Indonesia Raya

Jenderal Tojo Hideki menolak penggunaan lagu ‘Indonesia Raya‘ atau bendera Indonesia. Perdana Menteri, Jenderal Tojo Hideki, menolak permintaan penggunaan lagu kebangsaan Indonesia ‘Indonesia Raya’ atau bendera Indonesia Sang Merah-Putih.

Pihak Jepang masih tetap membutuhkan sumber alam Indonesia untuk keperluan perang dan inilah yang tetap diutamakan mereka. Tenaga kerja Indonesia mulai dieksploitasi lebih kejam daripada saatsaat sebelumnya.

Romusha pada masa pendudukan Jepang

Pada bulan Oktober 1943 pihak Jepang memerintahkan penghimpunan “serdadu-serdadu ekonomi” (romusha), terutama para petani yang diambil dari desa mereka di Jawa dan dipekerjakan sebagai buruh di mana pun pihak Jepang memerlukan mereka, sampai ke Birma dan Siam.

Tidak diketahui berapa banyak orang yang terlibat, tetapi kemungkinan besar paling sedikit 200.000 orang dan mungkin sampai sebanyak setengah juta orang, yang di antara mereka tidak lebih dari 70.000 orang yang ditemukan dalam keadaan hidup.

Pada saat yang sama pihak Jepang memberlakukan peraturanperaturan baru bagi penjualan beras secara wajib kepada pemerintah dengan harga rendah, guna memenuhi kebutuhan balatentara Jepang.

Para pejabat Indonesia harus melaksanakan pengerahan romusha dan penyerahan beras secara wajib sangat dibenci para penduduk desa.

Peta (Pembela Tanah Air)

Pada Oktober 1943 Jepang membentuk organisasi pemuda Indonesia, yaitu Peta (Pembela Tanah Air). Organisasi ini merupakan suatu tentara sukarela Indonesia yang pada akhir perang beranggotakan 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000 orang di Sumatera.

Tidak seperti Heiho, Peta tidak secara resmi menjadi bagian dari balatentara Jepang melainkan dimaksudkan sebagai pasukan gerilya pembantu guna melawan serbuan pihak Sekutu.

Korps perwiranya meliputi para pejabat, para guru, para kyai, dan orang-orang Indonesia yang sebelumnya menjadi serdadu kolonial Belanda.

Soedirman Salah satu tokoh militer

Di antara mereka adalah seorang bekas guru sekolah Muhammadiyah yang bernama Soedirman (1915-1950), yang kemudian menjadi salah seorang tokoh militer terkemuka pada masa revolusi.

Disiplin Peta sangat ketat dan ide-ide nasionalis Indonesia dimanfaatkan dalam indoktrinasi. Pada bulan Oktober 1943 pihak Jepang juga membentuk organisasi baru untuk mengendalikan Islam. MIAI dibubarkan dan digantikan oleh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang mempunyai cabang di setiap keresidenan di Jawa.

Baca juga Kedatangan Eropa sebagai pemilik modal di daerah perkebunan

Kepemimpinan Masyumi diserahkan kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah dan NU. Pendiri NU, Hasjim Asjari, dijadikan sebagai ketuanya namun dia tetap tinggal di pesantrennya di Jombang dan yang menjadi ketua efektif adalah putranya, Kyai Haji Wachid Hasjim (1913-1953).

Gambar 80a. Soedirman salah seorang tokoh militer bekas guru sekolah Muhammadiyah (1915-1950)

Membaca Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button